Dr Naek Tobing


Dr Naek L Tobing

STIE Tri Bhakti, Memberantas Kemiskinan

Sejak tahun 1996, kota administratif Bekasi ditingkatkan statusnya menjadi kotamadya. Seiring pertambahan penduduk dan kawasan pemukiman. Kota Bekasi berkembang menjadi kawasan sentra industri dan kawasan tempat tinggal kaum urban. Dari total luas wilayahnya, lebih dari 50 persen sudah menjadi kawasan efektif perkotaan. Di Bekasi industri berkembang pesat.

Asumsinya ke depan Kota Bekasi pasti banyak karyawan membutuhkan lembaga pendidikan. Prediksi itu benar. Naek Lumban Tobing, mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Tri Bhakti 15 tahun lalu kawasan segitiga emas Bekasi, Sentra Niaga Kalimalang. Sekolah yang dinaungi Yayasan Bina Bahagia resmi mulai bediri, 7 Agustus 1996. Berdekatan dengan tanggal kelahiran pendirinya yang dikenal Dr Naek Tobing, Samosir, 14 Agustus 1940.

Naek sebelum dokter terkenal, dulunya adalah seorang guru. Sejak kuliah di fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara dia sudah aktif mengajar. “Saat itu ada sekolah gereja Metodist di Medan, guru-gurunya yang berasal dari luar negeri dipulangkan. Sambil kuliah sembari mengajar. Sejak dulu memang saya menikmati betul mengajar. Saya mengajar biologi, walau sebenarnya saya lebih suka mengajar mata pelajaran kimia,” ujar pendiri Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tri Bhakti dan Ketua Yayasan Bina Bahagia.

Cita-citanya remaja adalah tentara. Tahun 1958 dia berencana mendaftar masuk Akademi ABRI. Tetapi karena waktu itu terjadi pemberontakan di Tapanuli, surat lamaran dan berkas-barkas yang lain hilang. Urung masuk tentara, Naek ikut salah satu famili, seorang dokter. Selain biasa membantu dan melayani pasien di klinik familinya, Naek berkesempatan membaca berbagai buku mengenai kesehatan. Buku kebidanan menarik perhatiannya. Selain mudah dibaca karena berbahasa Indonesia. Dari sana hatinya tertarik kuliah di kedokteran.

Lulus sekolah kedokteran Naek menjadi dokter, profesi guru sementara dia tinggalkan. Naek ditempatkan menjadi dokter di Tanjung Balai. Mengapa tertarik mendirikan sekolah ekonomi, bukan kedokteran? “Saya mendirikan sekolah karena ada idealisme, saya dulu berpikir belum ada sekolah orang Batak yang bagus. Padahal, saya lihat orang Batak itu termasuk orang yang berambisius, punya semangat terhadap pendidikan, tetapi tidak ada sekolah yang bagus punya orang Batak. Lalu dasar itulah yang saya ingin mendirikan sekolah,” ujar anak mantan Demang di Samosir, cicit dari Raja Pontas Tobing (Pontas Tobinglah yang pertama raja yang menyambut Nommensen untuk di daerah Silindung).

Cerita awalnya sebelum membangun STIE Tri Bhakti, Naek sebenarnya ingin mendirikan sekolah SD sampai SMA, tetapi tidak mendapai izin dari pemerintah daerah Bekasi waktu itu. Tapi dia tidak patah arang, malah kemudian mengajukan izin untuk sekolah tinggi. “Saya tidak putus asa, izin sekolah ditolak, saya mengusulkan mendaftar sekolah tinggi, nyatanya diterima,” katanya.

“Saya lama pertimbangkan. Kalau membangun sekolah kedokteran itu tidak tanggung-tanggung biayanya besar. Fasilitasnya pun tidak boleh main-main. Saya berpikir, yang terbaik adalah mendirikan sekolah tinggi ekonomi. Karena kalau banyak lulusa ekonomi yang baik pasti bisa mengatasi kesenjangan ekonomi sekarang ini,” ujar tokoh yang dikenal seorang ahli seksologi, dan pengarang dari buku Seks Pranikah, Seks Extramarital, dan Membangun Keharmonisan Suami-Istri, ini.

Pengalaman membangun sekolah bukan tanpa halangan. Dulunya sekolah ini hanya menyewa di ruko. Kemudian meningkat memiliki gedung tetap, tiga ruko disatukan satu gedung, yang sampai saat ini digunakan. Tahun 2013 ini, sekolah ini akan membangun kampus besar bernama kampus masa depan di daerah Cut Mutiah, Bekasi. “Saya pikir tidak masalah memulai di ruko, saya masih ingat waktu saya kuliah permulaan di USU. Ruangan belajar kita waktu itu di gudang, baru belakangan gedungnya dibangun.”

Alumninya? “Sampai saat ini tamatan dari STIE Tri Bhakti sudah diserap di berbagai bidang pekerjaan. Ngga ada alumni dari sekolah kita menganggur, semuanya bekerja. Kecuali ibu rumah tangga, kuliah untuk mengisi waktu luang saja,” ujarnya dengan bangga. Menurut Naek seluruh alumni sekolah ini berbagai peofesi, ada yang bekerja menjadi akuntan, menjadi manajer, karyawan di bank, dan membuka usaha.

Obsesi Anda untuk STIE Tri Bhkati? “Prinsip saya sekolah ini harus bisa sama kualitasnya dengan kampus di luar negeri, itu obsesi kita ke depan. Menjadi the best, menjadi nomor satu. Kita harus yakin bisa, asal ada kerja keras, sipirit dan ingeritas, itu bisa terwujud. Bagi saya, satu cara terbaik melawan kemiskinan adalah dengan sekolah. Kenapa? Karena dengan pendidikan mata dan hati kita terbuka. Bisa menciptakan pekerjaan dan lapangan pekerjaan,” pungkasnya.

Bagi Naek sejak awal mendirikan sekolah ini, kualitas menjadi tujuannya. Pemberian gelar tanpa pernah kuliah, yang banyak diumbar saat ini ini menurutnya adalah racun bagi pendidikan. “Pemberian gelar tanpa belajar adalah racun bagi pendidikan. Kelihatan diluar bagus, padahal kropos di dalam, katanya. Tujuannya mendirikan sekolah itu bukan uang.”

“Sampai saat ini saya belum pernah dapat uang dari sekolah ini yang ada malah saya membantu. Yang saya lakukan hanya melayani. Kalau nanti pundi-pundi kita bertambah itu soal lain. Saya lakukan adalah bagaimana menjadi sekolah ini dikenal dengan kualitasnya. Kita butuh memang mahasiswa yang banyak, tetapi mahasiswa yang mau belar, bukan mahasiswa tidak mau belajar. Mahasiswa kita tekankan mampu berbahasa Inggris, karena ke depan orang yang bisa bahasa Inggris cepat mendapat pekerjaan. Itu sebabnya di sekolah ini diajarkan bidang studi ini 6 semester. Pemikiran itu kita lihat, setiap perusahaan besar selalu punya jaringan dengan luar, artinya bahasa Inggris sekarang menjadi kebutuhan,” tambahnya.

STIE Tri Bhakti sudah terakreditasi “B”. Saat ini mahasiswanya 400 orang yang terbagai dalam dua bidang studi. SI Manajemen, S1 Akutansi, D3 Manajemen dan D3 Akutansi. Bukan sukuisme, tetapi nyatanya 50 persen dosennya orang Batak, mahasiswa pun sekitar 55 persen orang Batak. Sudah 600-an lulusan aumni dari sekolah STIE Tri Bhakti ini.

Tri Bhakti sendiri lambang dari staf, mahasiswa, dan dosen; ketiganya harus saling mengabdi, berbakti. Dengan sistem belajar yang tepat, tenaga pengajar berkualitas dan keunggulan-keunggulan lainnya, menjadikan STIE Tri Bhakti sebagai tempat yang tepat untuk merajut masa depan gemilang.***Hotman J Lumban Gaol, dimuat di BATAKPOS

Satu komentar pada “Dr Naek Tobing”

  1. Tampilan dan muatan website ini persis seperti motto “Mengalir seperti Air”
    Dengan dukungan pengunjung dan pembaca, kami akan berbenah supaya airnya lebih deras….
    semoga!!!

Tinggalkan komentar