Setia Mangunsong


Setia Simangunsong
Keluarga besar Setia Mangunsong merupakan aktivis gereja dan pejuang pada masanya. Bahkan, ada yang pernah sangat dekat dan ikut berjuang dengan Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII.

Dari Ayah Sori Melanthon Mangunsong, dan Ibu Emelia boru Siahaan, Setia lahir sebagai anak keempat dari delapan bersaudara. Lima merupakan laki-laki, di sini Setia adalah anak ketiga, tiga lainnya perempuan. Selengkapnya, sulung Drs. Basri Mangunsong/menikahi Dewi br. Siahaan, Ir. Budi Mangunsong, MSM/Drg. Netty br. Aritonang, Drs. Setia Mangunsong, MM/Rosyam Joice Berliana br. Tambunan, Drs. Soddin Mangunsong, Ak. MS/Netty br. Naiborhu, SH, MH, dan Lion Mangunsong/Rohani br. Hutapea.

Nama ketiga anak perempuan masing-masing Maritje Nurita br. Mangungsong, menikah dengan L. Simanjuntak, lalu Mariani Mangunsong, BA menikah ke marga Aritonang, dan si bungsu Ir. Marlina br. Mangunsong menikah dengan Bhakti Tampubolon Lumban Atas.

Mereka semua dikaruniai putra-putri hingga cucu. Setia Mangunsong, yang sedang menantikan kelahiran cucu pertama, memiliki tiga anak yaitu Kapten Udara (Lek) Reinhard Sahala Junjungan Mangunsong, yang menikah dengan Astrid Paskalia br. Tambunan. Lalu Poltak Rio Franky Mangunsong, ST/Lidya br. Tambunan, dan si bungsu perempuan Eva Novita br. Mangunsong.

Ayah Setia, Sori Melanthon Mangunsong merupakan anak siampudan atau bungsu dari tujuh bersaudara terdiri enam lelaki dan seorang perempuan. Yang tertua bernama Jese Mangunsong/br. Siahaan, diikuti St. Amos/br. Pardede, Enos menikahi br. Tampubolon dan br. Malango, Markus/br. Siahaan, Renatus menikahi br. Sihombing dan br. Silalahi, serta Sori Melanthon/br. Siahaan.

Jese Mangunsong/br. Siahaan memiliki dua anak Gustaf Mangusong/br. Silalahi (dikaruniai dua anak laki-laki Pemimpin dan Torang), dan Aris Mangunsong/br. Simanjuntak (Manaor, Maddin, Turangan). Kemudian, St. Amos Mangunsong/br. Pardede memiliki tiga anak Poda Mangunsong/br. Pardede (Krisman, Kondar, Arifin, Lumpin, Effendi, Maruap), Sabam Mangunsong/ br. Sinaga (Mostang, Robinson, Humala, Sontan), dan Hantor Mangunsong/ br. Tambunan (Konrad, Robert).

Enos Mangunsong/br. Tampubolon/br. Malango juga memiliki tiga anak, Eden Mangunsong/br. Nainggolan (James, Damson), Pison Mangunsong/br. Sianturi, dan Sihat Mangunsong/br. Manihuruk (Soardion). Markus Mangunsong/br. Siahaan memiliki dua anak Abner Mangunsong/br. Tampubolon dan Arlen Mangunsong/br. Manurung (Hotma). Renatus Mangunsong/br. Sihombing/br. Silalahi memiliki dua anak Bindu Mangunsong/ br. Tampubolon (Giat) dan Suman Mangunsong/br. Tampubolon. Si bungsu, yakni ayah Setia, Sori Melanthon Manunsong/br. Siahaan sebagaimana disebut dimuka memiliki lima anak laki-laki dan tiga perempuan.

Satu-satunya saudara perempuan mereka bernama Balandina br. Mangunsong, menikah dengan pria bernama Saul Darianus Tampubolon Lumbanatas. Pasangan ini melahirkan satu anak laki-laki Nicanor Tampubolon Lumbanatas/br. Hutagaol, dan tiga perempuan yaitu Timour br. Lumbanatas yang menikah dengan Raya Tampubolon Sibolahotang, kedua Riamin br. Lumban Atas menikah dengan Binsar Tambunan, dan bungsu boru siampudan Maruli Upi br. Lumbanatas yang menikah dengan St. Richard Faber Tampubolon Sibolahotang.

Kakek Raja Hizkia Tokoh Gereja
Setia Mangunsong memiliki kakek bernama St. KK. Raja Hizkia. Bila garis silsilah ditarik ke atas, Raja Hizkia memiliki orangtua bergelar Ompu Parhudatar/br. Tampubolon Sitampulak. Ompu Parhudatar/br. Tampubolon Sitampulak dilahirkan oleh Ompu Jabarani/br. Siahaan, dan Ompu Jabarani/br. Siahaan dilahirkan oleh Ompu Jomak/br. Siahaan. Sebutan Ompu Jomak adalah trade mark bagi keluarga besar Setia Mangunsong di lingkungan marga.

Nama kakek Setia Mangunsong, Raja Hizkia, itu diambil dari nukilan sebuah kisah Alkitab bagian Perjanjian Lama. Ia seorang raja yang melakukan apa yang benar dan baik di mata TUHAN Allah. Raja Hizkia suatu ketika jatuh sakit dan hampir mati, lalu seorang nabi meminta Raja Hizkia untuk menyampaikan pesan-pesan terakhir kepada keluarga sebab ia pasti akan mati dan tak akan sembuh lagi.

Raja Hizkia lalu berdoa dengan mengatakan, ÒAh Tuhan, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu,Ó lalu raja menangis dengan sangat. Tuhan mendengar doa dan melihat air mata Raja Hizkia lalu menyembuhkan dan memperpanjang hidupnya 15 tahun lagi.

Pemberian nama Raja Hizkia kepada kakek Setia menandai mula kedatangan misionaris agama Kristen yang memberikan pencerahan ke Tanah Batak, khususnya Balige. Demikian pula gelar St. di depan nama adalah singkatan dari Sintua, pertanda bahwa Raja Hizkia Mangunsong adalah seorang pengerja atau penatua di Gereja HKBP Balige, sebuah gareja bolon yang pendiriannya turut diprakarsai Raja Hizkia pada abad ke-19 akhir.

Satu lagi gelar di depan KK, singkatan dari Kepala Kampung pertanda peran Raja Hizkia sebagai Kepala Desa atau Kepala Kampung. Bahkan Raja Hizkia sangat bersahabat dengan Raja Sisingamangaraja XII, seorang raja sekaligus pejuang bagi orang Batak yang diakui bangsa Indonesia sebagai pahlawan nasional yang gigih mengusir penjajah.

Nama ayah Setia, Sori Melanthon adalah pemberian langsung dari Raja Sisingamangaraja XII. Alkisah Raja Hizkia pada suatu ketika menyelamatkan Raja Sisingamangaraja XII dari kejaran penjajah Belanda dengan, menyeberangkan Raja dari desa Lumban Bul-Bul menuju Bakara, hanya dengan sebuah sampan kecil (solu) alat transportasi air tradisional yang biasa nelayan pakai untuk mencari ikan di danau. Kata Sori sendiri dalam konteks dinasti kerajaan Raja Sisingamangaraja, memiliki pertanda bahwa pemiliknya adalah anggota kerajaan yang pemaknaannya sama dengan Seri Paduka atau Seri Baginda dalam dinasti raja-raja lain.

Kisah kepahlawanan St. KK. Raja Hizkia Mangunsong dengan menyelamatkan Raja Sisingamaraja XII, dan keteguhan keimanannya sebagai tokoh gereja, adalah bukti-bukti otentik yang selalu diwariskan kepada masing-masing keturunan dalam keluarga besar Setia Mangunsong. Karena itu, biasanya akan selalu ada anggota keluarga yang terpanggil menjadi kepala kampung dan penatua gereja. Setia Mangunsong, salah satunya, tercatat sebagai pengerja atau sintua di gereja HKBP Jatiasih, Bekasi.

Tentang cerita kejuangan Raja Hizkia, itu berlanjut pada diri Sori Melanthon yang pernah menjadi tentara pejuang sejak jaman pendudukan Jepang hingga aksi polisionil Belanda II. Dan kini, kisah itu menitis lagi pada diri anak tertua Setia, Kapten TNI (Udara) Reinhard Sahala Junjungan Mangunsong, yang sedang menjalani dinas militer di Pangkalan Udara (Lanud) TNI Angkatan Udara Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur.

Sedikit kisah mengenai Sori Melanthon, setelah turut merebut dan mempertahankan kemerdekaan, ia bersama istri dan anak-anak kembali ke kampung halaman Balige, tahun 1950 untuk hidup menjadi manusia sipil biasa. Ia pun diterima menjadi pegawai PLN. Namun, kendati sudah merupakan orang sipil rumah mereka di desa masih suka digerebek tentara pemberontak, mengira Sori masih aktif menjadi tentara.

Sebelumnya, para pemberontak ini pulalah yang pernah menghadang laju perjalanan Sori sekeluarga pulang ke kampung persis saat melintasi kota Porsea. Sori Melanthon sekeluarga akhirnya menyelamatkan diri dengan bersembunyi berhari-hari di gorong-gorong sungai, sambil menunggu datangnya bala bantuan penyelamatan dari tentara pusat.

Setia Mangunsong yang pernah gagal masuk Akabri, sering bertutur kepada anak-anak mengenai kegigihan ayahnya ini ketika masih aktif berdinas di militer. Sampai meninggal duniapun prosesi pemakaman Sori Melanthon berlangsung dalam suasana layaknya pemakaman seorang anggota militer. Penuturan inilah yang memberi inspirasi kepada Reinhart, untuk berkenan menempuh pendidikan Akabri Bagian Udara.

Tokoh Pengusaha
Raja Hizkia mulanya memiliki istri br. Tampubolon Lumbanatas yang melahirkan anak-anak Jese, Amos, Enos, Markus, Renatus, dan Balandina.

St. KK. Raja Hizkia hanya memiliki saudara kandung seorang abang bernama Panunggam/br. Tampubolon Sitampulak. Suatu ketika Raja Hizkia menduda, istrinya meninggal dunia. Dalam perjalanan waktu yang lain, satu-satunya anak abangnya, St. Jason Mangunsong, yang telah memperistri br. Siahaan Aekbolon, meninggal dunia pula.

Raja Hizkia kemudian berinisiatif membesarkan kedua anak-anak St. Jason yakni Fridolin dan Benjamin. Bersamaan itu ia mengambil pula istri Jason, br. Siahaan Aekbolon yang telah menjanda untuk dinikahi dan dijadikan istri. Hal ini merupakan sesuatu yang lazim terjadi pada masa itu di Tanah Batak, biasanya dimaksudkan untuk meneruskan keturunan, dan/atau menjaga kehormatan nama keluarga. Dari pernikahan Raja Hizkia dengan br. Siahaan Aekbolon inilah diperoleh seorang anak yakni Sori Melanthon, ayah Setia Mangunsong.

Jadi, dari garis satu ayah yang sama, Sori Melanthon memiliki tujuh saudara kandung yakni Jese, St. Amos, Enos, Markus, Renatus, Sori Melanthon, dan perempuan Balandina. Sedangkan dari satu ibu yang sama br. Siahaan Aekbolon, ia memiliki tiga saudara kandung yakni Fridolin, Benjamin, dan Sori Melanthon.

Dari pernikahan antara Raja Hizkia dengan istri pertama br. Tampubolon Lumbanatas, dan istri kedua br. Siahaan Aekbolon, pada masing-masing keturunan khususnya keturunan Sori Melanthon terbentuklah sebuah sistem kekerabatan baru yang tergolong istimewa. Yakni, dalam garis keturunan satu ayah di satu pihak, dan dalam garis keturunan satu ibu di sisi lain.

Sori Melanthon menyebut dan memanggil Fridolin dan Benjamin sebagai anak di sisi garis keturunan satu ayah, sedangkan dari garis keturunan Ibu Sori Melanthon memanggil keduanya sebagai Abang.

Keistimewaan kekerabatan tersebut tetap terpelihara dengan baik hingga saat ini. Terlebih lagi, Sori Melanthon menghabiskan masa kanak-kanak lebih banyak bersama kedua abang seibu Fridolin dan Benjamin. Selain dekat dalam kekerabatan, dan mesra dalam keseharian hidup, di lingkungan keluarga besar Ompu Jomak sikap saling tolong-menolong memang sangat terasa kuat.

Fridolin Mangunsong yang memperistri br. Siahaan mempunyai anak Binsar/br. Tambunan (dikaruniai tiga anak Mangombis, Edison, Dapot). Sedangkan Benjamin Mangunsong, yang memperistri br. Sinaga mempunyai anak John/br. Sibarani (Tumpak, Richardo, Baringin).

Benjamin Mangunsong pada masanya dikenal sebagai pengusaha angkutan bis antar kota, pemilik perusahaan otobus (PO) Roma yang sudah menikmati masa kejayaan sejak jaman pendudukan Jepang. Bahkan di lingkungan orang Batak di wilayah Tapanuli, sosok dan nama Benjamin adalah pengusaha terkemuka yang kehadirannya jauh mendahului nama-nama yang muncul kemudian.

Selain menjadi pengusaha angkutan umum, Benjamin juga mempunyai sejumlah pompa bensin yang tersebar di seputar perjalanan antar kota Balige hingga Tarutung dan Sibolga. ►mti/ht
Nama:
Drs. Setia Simangunsong, MM
Lahir:
Balige, 11 Oktober 1949 (meninggal dunia pada tanggal 20-Desember-2011)
Jabatan:
Direktur Standarisasi dan Akreditasi, Departemen Kelautan dan Perikanan RI
Alamat Kantor:
Departemen Kelautan dan Perikanan RI
Jalan Medan Merdeka Timur No. 16, Lt. 17
Jakarta 10110
Telp. (021) 351.9070, Ext. 8700, Faks. (021) 350.0149
E-mail: mutu@indosat.net.id

Alamat Rumah:
Jalan Kepala Hijau IX Blok Q2 No. 14, Billy Moon, Pondok Kelapa, Jakarta Timur
Telp. (021) 864.2905, Email: setiamm@yahoo.com

2 tanggapan untuk “Setia Mangunsong”

  1. Syallom… Ito
    sy rosdiana (dian)br simangunsong kenal dg ito sodin. S, th tujuhpuluhan sama2 NHKBP GEREJA RIAU bandung. Tp sy hilang kontek dg ito ku hasian. Tlng informasi ttgnya n almt. Sy pernah liat dibandung,tp gak sempat ketemu krn di kendaraan… Maaf ito ngerepotin..Mauliate… GBU

Tinggalkan komentar