Sonny A. Siahaan


Integritas yang Tinggi Terhadap Craft Indonesia

Sonny A. Siahaan (48), wanita yang lahir di Jakarta 17 Juli 1959, memang terlihat agak cuek dan tegas. Kegigihannya dalam mengembangkan setiap usaha yang ia kerjakan, patut ditiru. Siapa sangka dengan kemampuan yang ia punya, ia mampu mengembangkan apa saja yang ada di depannya. Mulai dari pekerjaannya di bidang hotel sampai bidang kerajinan pun ia kerjakan dengan serius dan telaten.
Wawancara yang dilakukan di ruang redaksi menjadi saksinya. Ia datang dengan memakai kemeja kotak – kotak dan celana panjang. Badannya tegap, bak seorang Polwan. Jarum panjang pun menunjukkan pukul 3 tepat dan ia sampai di kantor Tapian. Menjadi orang yang disiplin waktu ternyata ia dapatkan dari sang Ayah yang seorang ABRI. Menurutnya penting untuk berdisiplin karena sangat berguna untuk kehidupan kita sehari – hari kelak.
Perjalanan hidup
Selama 8 tahun, sonny pernah menetap di Bali. Ketika berada di Bali, wanita berambut pendek ini menceritakan bahwa ia pernah mengurus vila sebanyak 2 kali. Villa yang berada di Ubud dan Gianyar di Sukowati. Dan ia juga sempat bekerja di berbagai Hotel di sana. Wanita yang pernah berkeliling Surabaya dan akhirnya balik lagi ke Bali untuk tinggal selama 8 tahun, mengatakan dirinya mulai merambah ke dunia kerajinan bambu sejak 5 tahun yang lalu, lebih tepatnya tahun 2002.
Tempat yang menjadi ruang untuknya berkarya memproduksikan kerajinan bambu, ia kerjakan di rumahnya. Tanah seluas 800 meter dengan 4 ruang tempat pengerjaan menurutnya hanya seperti tempat workshop saja. Disini pulalah tempat ia membaringkan tubuhnya dan beristirahat.
Setelah bom bali terjadi tahun 2002 lalu, Sonny sapaan akrabnya kehilangan pekerjaan yang membuatnya sempat menjual cat. Setelah ditawari temannya dari jogja untuk menekuni bidang usaha kerajinan bambu, ia tidak harus berpikir – pikir lama. Apa yang ada di depan mata dan suatu kesempatan buat hidup pasti ia langsung mencobanya. Buktinya ia asik dengan pekerjaannya sebagai pengrajin bambu.
Sebagai satu – satunya pengrajin bambu laminasi yang bertahan di daerah Jogjakarta. Tak pelak membuat ia menyerah.
Kerajinan Bambu
Kerajinan yang ia buat, memang dapat menghasilkan suatu produk yang luar biasa. Seperti halnya meja, kursi, lemari, nampan, box kecil dll. Dengan membeli bambu yang berkualitas bagus, Sonny yakin akan membuat suatu karya yang bagus pula.
Laminasi Bambu memang sangat asing untuk kita orang yang awam akan kerajinan bambu. Biasanya kerajinan bambu yang dibuat masih berbentuk bonggol – bonggol bambu besar – besar. Tapi berbeda dengan Sonny. Wanita yang memilih menetap di Jogja ini mengatakan, perbedaan yang ia buat dengan kerajinan bambu yang lain adalah proses Laminasi.
Proses laminasi dibuat di atas triplek, yang sebelumnya dibuat tipis terlebih dahulu, kemudian ditempel, serta diserut dan yang terakhir adalah Finishing. Bambu tidak diberi motif, karena yang mau ditampillkan adalah seratnya. Semua tahap tersebut ia lakukan bersama keenam pegawainya. Setiap bambu yang hendak di beli ke kebumen, Sonny akan melakukannya sendiri. Selain harga yang cukup murah, kita dapat memilih bambu yang ada.
Bambu yang ia pakai adalah bambu wulung atau bambu petung. Bambu wulung berwarna ungu dan bambu petung bentuknya besar – besar dan suka dibuat untuk tiang atau tempat tidur. Bambu wulung dan bambu petung tergolong bambu yang bagus dan tahan lama. Jika bambu jenis lainnya seperti bambu legi ataupun bambu apus lebih tipis dan gampang dimakan rayap dibandingkan bambu wulung dan petung. Lagipula karena bamboo legi itu lebih manis maka treatment jadi lebih banyak.
Pengembangan UKM
Hasil produksi barang ini didistribusikan dengan cara pemesanan. Sehingga jika ada yang memesan barulah ia membuatnya. Selain orang Jogja, orang dari Jakarta juga banyak yang tertarik untuk memesan kerajinan tersebut.
Sonny mengatakan, dirinya tidak mempunyai Buyer. Biasanya Agen – agenlah yang justru membeli kerajinan tersebut. Agen yang seharusnya menjadi jembatan antara pihak Buyer dengan pengrajin, menjadi satu permasalahan. Seperti yang diungkapkannya, “seharusnya pihak agen dapat lebih berperan dan berapresiasi terhadap hasil para pengrajin”.
Mindset, kita bersama – sama menjalankan kerajinan Indonesia akan membuat craft Indonesia dapat diperkenalkan secara luas melalui para agen. Tetapi jika hal itupun sulit untuk dilakukan, maka itu berarti kerajinan Indonesia hanya sampai disini. Kehilangan jalan dalam mengembangkan potensi yang ada dan hanya memikirkan keuntungan semata, dan fatal akibatnya.
Perempuan yang dulu mempunyai cita – cita “sekolah”, sekarang telah berubah haluan dari apa yang ia sudah dapati di bangku kuliah. “Apa yang ada di depan saya, saya jalanin terus”, ujar wanita batak ini.
Anak bontot dari 6 bersaudara ini, sangat senang ketika harus mempelajari sesuatu hal yang baru, walaupun dirinya harus banting setir. Dengan prinsip segala hal jika ditekuni, maka apapun bisa, menjadi motto hidupnya sekarang.

Tinggalkan komentar