Arsip Tag: Sejarah Gereja

J R Hutauruk


Pdt. Dr. J.R. Hutauruk (Mantan Ephorus HKBP 1998-2004)

ephorus-skipperNama lengkapanya Pdt. Dr. Jubil Raplan Hutauruk lahir tepat ketika HKBP merayakan jubileum 75 tahun, 7 Oktober 1936 di Tigadolok, Simalungun, sebagai putra dari Guru Jetro Hutauruk yang waktu itu melayani sebagai guru jemaat di HKBP Tigadolok, Distrik Sumatera Timur. Beliau mendapat pendidikan teologi di Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen (1956-1961) setelah sebelumnya dididik di Seminarium Sipoholon. Teman-teman seangkatannya di Fakultas Teologi termasuk Pdt. Dr. PWT Simanjuntak (Ephorus 1992-1998), Pdt. Dr. S.M. Siahaan (Sekretaris Jenderal HKBP 1992-1998).
Setelah menyelesaikan sarjana teologi, Ompui ditempatkan ke HKBP Ressort Sibolga I sebagai calon pendeta (1961-1962) kemudian menjadi asisten dosen di Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen (1962-1963).

Setelah ditahbiskan menjadi pendeta, Beliau berangkat studi master teologi ke Universitas Hamburg, Jerman dan kembali tahun 1968. Tesisnya mengenai “kaitan gereja, bangsa, dan misi dalam pemikiran F. Fabri, W. Loehe, dan J. Bunsen dan pengaruhnya dalam sejarah awal HKBP”. Sekembalinya dari Jerman, Beliau menjadi dosen Seminarium Sipoholon dan pada tahun 1970 hingga 1973 menjadi Direktur Seminarium itu. Pada tahun 1973 beliau kembali ke Hamburg untuk studi tingkat doktor. Gelar doktor diraihnya tahun 1979 dengan disertasi mengenai “kemandirian gereja Batak”.

Sekembalinya dari Jerman, untuk beberapa waktu Pdt. DR. JR Hutauruk bertugas di Bagian Arsip Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung sebelum pada tahun 1980 pindah ke STT HKBP dan menjadi Wakil Rektor STT HKBP sejak tahun 1981 hingga 1986. STT HKBP merupakan tempat pelayanan Beliau yang paling lama yakni 17 tahun (1980-1997). Pada Sinode Godang Sitimewa di Medan tahun 1993, Beliau terpilih sebagai Ketua Rapat Pendeta HKBP sambil tetap melayani di STT HKBP. Kemudian pada tahun 1997-1998 Beliau melayani sebagai Pendeta Ressort HKBP Tebet, Jakarta sebelum terpilih sebagai Pejabat Ephorus dalam Sinode Godang HKBP 26 Oktober 1998.

Sebagai Pejabat Ephorus Beliau ditugaskan untuk mengadakan Sinode Godang menetapkan kepemimpinan HKBP yang definitif. Di antara tugas-tugas itu Ompui memfokuskan usaha-usahanya untuk mewujudkan rekonsiliasi HKBP yang sejak tahun 1992 mengalami kemelut dan dualisme kepemimpinan. Tugas berat itu berhasil diselesaikan dalam empat bulan sebab pada 18-20 Desember 1998, HKBP menyelenggarakan Sinode Godang di Pematangsiantar. Ompui kemudian terpilih sebagai Ephorus untuk periode 1998-2004 dan menjadi Ephorus HKBP yang ke-12.

Selama periode kepemimpinannya, Ompui berusaha memulihkan pelayanan HKBP yang sempat terkendala akibat konflik 1992. Periode kepemimpinan dapat disebut sebagai periode rekonsiliatif di mana segenap energi HKBP difokuskan untuk menjalin simpul-simpul persekutuan yang sempat putus akibat konflik itu, menabur kembali benih-benih kesatuan di segala aras mulai dari huria, ressort, distrik hingga hatopan (pusat), menata ulang organisasi pelayanan HKBP, dan sebagainya. Penataan dalam Pada periode kepemimpinan Ompui pula HKBP menetapkan Aturan Peraturan HKBP 2002 yang memberlakukan sistem perubahan Aturan Peraturan melalui metode amandemen di mana perubahan tidak lagi dibatasi hanya sekali dalam sepuluh tahun sesuai dengan kebutuhan HKBP sendiri. Aturan Peraturan 2002 ditetapkan Pada Sinode Godang 2002 dan diberlakukan mulai 2004.

Selain Aturan dan Peraturan Baru, selama kepemimpinan Ompui, HKBP membentuk distrik-distrik baru yakni DistrikXIX Jakarta-2, Distrik XX Kepulauan Riau, Distrik XXI Jakarta-3, Distrik XXII Riau, Distrik XXIII Langkat, Distik XIV Tanah Jawa, dan Distrik XV Jambi. Distrik-distrik itu ditetapkan pada Sinode Godang 2002. Sedangkan Distrik XV Labuhan Batu ditetapkan pada Sinode Godang 2004. Sebagai Ephorus, Ompui juga aktif dalam persekutuan oikumene di aras nasional dan internasional. Beliau merupakan Anggota Dewan LWF sekaligus Anggota Komisi Studi dan Teologi LWF (2003-2020), dan anggota Majelis Pertimbangan PGI (2005-2010).

Sebagai seorang akademisi Ompui rajin menulis mengenai sejarah gereja, khususnya HKBP. Hingga masa emeritusnya, puluhan artikel dan buku telah dihasilkannya antara lain Tuhan Menyertai Umat-Nya : Sejarah 125 Tahun HKBP (1986), Kemandirian Gereja (1991), Menata Rumah Allah (2008), Sejarah pelayanan Diakonia di Tanah Batak (2009), Pandita G. van Asselt (2009), dan lain-lain. Ompui menikah dengan Dumaris Simorangkir dan dikarunia lima orang anak. Salah seorang di antaranya, Sadrak Sabam, mengikuti jejaknya dan saat ini melayani sebagai calon pendeta di HKBP Ressort Cawang, Distrik XIX Jakarta.

Dia dikenal pendeta yang sederhana. Semasa menjabata sebagai Ephorus JR Hutauruk paling tidak dikenal dengan sebagai tokoh yang membawa HKBP pada rekonsiliasi tahun 1998. Lalu, semasa menjabat Ephorus mempunyai program Dana Abadi yang dialokasikan, bunga dari dana tersebut untuk bisa pensiunan pendeta. Selain itu, dia juga dikenal dengan Ephorus yang mengulirakan semangat keterbukaan, inklusif terhadap HKBP.