Riwayat Hidup
Nama: Bernard Limbong
Tempat/Tgl lahir: Samosir, 31 Mei 1955
Pangkat: Brigadir Jenderal
Jabatan: Ketua Umum Induk Koperasi Kartika (INKOPAD)
Agama: Kristen Protestan
SD Negeri Sagala, tahun 1967
SMP Negeri Limbong-Sagala, tahun 1973
SMA Negeri 1 Pangururan, tahun 1976
S1, Hukum Bandung, tahun 1980
S1, Administrasi Negara, tahun 1982
S2, Hukum Bisnis, tahun 2002
S3, Hukum Pertahanan, tahun 2007
Riwayat Jabatan:
- PAMA KODAM XV/PTM TMT. 01-01-1983
- KEPALA BAGIAN LOGISTIK (KABAGLOG) DITAJENAD TMT. 01-11-1996
- KASUBDITJAHRILLURJA DITAJENAD TMT. 15-02-2004
- KETUA UMUM INKOPAD TMT. 28-06-2010
- PATI AHLI KASAD BIDANG SOSIAL BUDAYA TMT. 01-02-2011
- PATI STAF KHUSUS KASAD TMT. 02-05-2011
Pengalaman Organisasi:
- KETUA UMUM PS. BARA SILIWANGI, BANDUNG
TMT. 23-05-1994, SAMPAI SEKARANG
- KETUA DEKOPIN INDONESIA
TMT. 22-06-2008, SAMPAI SEKARANG
- EXECUTIVE COMMITTEE PSSI
TMT. JANUARI 2003
- KETUA BWSI, PSSI
TMT. AGUSTUS 2007
- KETUA PEMBINA PELESTARIAN DANAU TOBA, SUMATRA UTARA
TMT. DESEMBER 2010, SAMPAI SEKARANG
- KETUA KOMISI DISIPLIN PSSI
TMT. AGUSTUS 2011, SAMPAI SEKARANG
- PENENGGUNGJAWAB TIM NASIONAL INDONESIA
TMT. SEPETEMBER 2011, SAMPAI SEKARANG
- PENANGGUNGJAWAB DAN PEMILIK BANK BPR BARA, BANDUNG
TMT 1994, SAMPAI SEKARANG
Brigjen TNI Bernhard Limbong adalah seorang perwira tinggi TNI Angkatan Darat yang kini masih aktif menjabat Ketua Umum Induk Koperasi Angkatan Darat. Sebagai orang yang telah banyak makan asam-garam kehidupan, Limbon melihat bahwa keberhasilan itu adalah ketika apa yang kita lakukan bermanfaat bagi orang lain. “Keberhasilan manusia dilihat dari kebermaknaan bagi orang lain. Itu sebab, satu hal yang saya leihat untuk membantu kemajuan orang Batak. Kami bersama teman-teman menerbitkan kamus Bahasa Batak, Batak Toba-Indonesia dan Indonesia-Batak Toba. Sebelumnya belum ada kamu yang demikian. Itulah salah satu sumbangan kami untuk kebermaknaan, sebagai orang Batak kami ingin kamus ini bisa memberikan pemahaman bagi orang muda Batak dan orang lain yang ingin belajar bahasa Batak,” kata Brigjen TNI Bernhard Limbong, yang beberapa waktu lalu menerbitkan Kamus Bahasa Batak bersama Gr Maringan Naibaho, Jesman Gultom dan Tigor Naibaho.
Pria kelahiran Samosir, 23 Mei 1955 ini, memulai karir kemiliterannya pada tahun 1983. Pengalaman pernah bertugas di Ambon, Bandung, dan Jakarta. Puncak karier militernya, dia dipercayakan memimpin koperasi TNI Angkatan Darat menjadi Ketua Umum Induk Koperasi Angkatan Darat (Ketum INKOPAD). Selain itu, di luar kedinasan sebagai prajurit TNI-AD, ia menjabat sebagai salah satu ketua di Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN) periode 2009-2014.
Hobi bola
Hobinya di sepakbola, karena itu, sejak puluhan tahun lalu dia memiliki klub sepakbola di Bandung, yaitu BARA Siliwangi, bahkan pernah menjadi manajer Persib Bandung. Itu sebabnya, dia kemudian terpilih dalam kepengurusan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Kalau soal bola, termasuk tulisan dan buku-buku yang berhungan dengan bola dilahapnya.
Suami Bunga Artha Sagala, ayah dua anak, Margaretha Melati Limbong dan seorang putra Bara Parsaoran Limbong ini, di pentas sepakbola nasional, namanya sudah tak asing lagi. Bahkan, posisinya sebagai Ketua Badan Wasit Seluruh Indonesia (BWSI) telah membuat hari-harinya dipenuhi pergumulan soal olahraga yang telah merakyat itu. “Kalau sudah menyakut olahraga rakyat itu, saya termasuk orang yang tidak hitung-hitung dalam membangun persepakboalaan. Saya ingin sepakbola kita lebih baik,” tuturnya.
Predikat Cum Laude
Dia orang yang suka belajar. Termasuk ketika masih aktif, kesibukan rutin sebagai prajurit TNI-AD, Limbong masih sempat menyelesaikan S1 Ilmu Hukum bidang pidana di Bandung, dan S1 Ilmu Administrasi Negara (LAN) di Jakarta. Lalu kemudian melanjutkan studinya ke jenjang S2 (magister) bidang Hukum Bisnis pada Universitas Padjajaran, Bandung.
Baginya, semasa hidup adalah proses belajar. Kalau masih ada kesempatan untuk sekolah formal, maka kenapa tidak kita lakukan. Atas alasan itu, dia terus bersekolah. Tahun 2007 lalu, dia meraih gelar Doktor Ilmu Hukum dengan predikat Cum Laude atau sangat memuaskan dari Universitas Padjajaran Bandung. Disertasinya berjudul Perlindungan Hukum terhadap Hak atas Tanah berdasarkan Prinsip Penghormatan terhadap Hak atas Tanah dalam Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
Mengapa menyoroti kasus tanah? “Kasus tanah atau konflik agraria selama ini memang menghambat akselerasi ekonomi, baik untuk kasus tanah dalam hal pembebasan lahan guna pembangunan jalan maupun kasus tanah antara petani dan BUMN/BUMD perkebunan. Pemerintah dan DPR kini sedang menyusun RUU Pengadaan Tanah yang menuai pro dan kontra,” ujarnya.
“Kasus tanah atau konflik agraria selama ini memang menghambat akselerasi ekonomi, baik untuk kasus tanah dalam hal pembebasan lahan guna pembangunan jalan maupun kasus tanah antara petani dan BUMN/BUMD perkebunan. Pemerintah dan DPR kini sedang menyusun RUU Pengadaan Tanah yang menuai pro dan kontra.”
Baginya, selayaknya pendekatan hukum sudah harus diganti dengan pendekatan kesejahteraan dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang Pengadaan Tanah, untuk pembangunan yang saat ini masih sarat kontroversi. “Dengan pendekatan kesejahteraan, pemegang hak atas tanah tidak hanya mendapat kompensasi atas kerugian fisik seperti tanah, bangunan, dan tanaman, tetapi juga kerugian sosiologis dan filosofis yang dialami pemilik tanah.” Hotman J Lumban Gaol (Hojot Marluga)