Arsip Kategori: Politikus

Dr. Ir. Mombang Sihite, MM


Dr. Ir. Mombang Sihite, MM,  Presiden Direktur PT Azbil Berca Indonesia

Memacu Generasi Muda Berdaya Juang Di Era Revolusi Industri 4.0

Bersikap antusias, bersemangat dan disiplin hal itulah yang terlihat tatkala berjumpa dengan Dr. Ir Mombang Sihite MM, Presiden Direktur PT Azbil Berca Indonesia, ini. Berkarakter positif dan berdisiplin menurutnya adalah kunci utama menjadikan seseorang sukses. Soal berdisiplin sudah sejak dulu didapatnya dari kedua orangtuanya; Waldemar Juragan Sihite dan Ibunda Nursia boru Manalu.

Ayah dan ibunya yang sudah almarhum, dulu selalu menasihatkan agar kehidupannya bisa berdampak bagi orang lain, perlu ada kepedulian. Anak bungsu dari sembilan bersaudara ini melewati masa kecil hingga remaja di Kota Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan. Studi SMA sempat satu semester dilaluinya di SMA Negeri 1 Dolok Sanggul. Namun, tahun 1982, hijrah ke Jakarta melanjutkan studi di SMA 54 Jatinegara Jakarta. Namun, kepindahannya ke kota Jakarta sempat mengganggu studinya dan sempat nilainya amburadul.

“Nilai saya jeblok. Saya merasakan ketidaksetaraan pendidikan antara Jakarta dan di Dolok Sanggul. Hal itu membuat saya harus bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan studi,” ujarnya mengenang masa lalunya itu. Syukur, akhirnya dia bisa menyesuaikan diri dengan pendidikan di Jakarta. Luarbiasanya dia pun lulus dengan nilai bagus.

Selulus SMA, dia memilih program Politeknik Universitas Indonesia oleh karena ingin berkerja di dunia industri. Selulus diploma Politeknik, dia melamar ke PT Berca Indonesia.  “Setelah lulus kuliah dari Politeknik saya diterima di PT Berca Indonesia pada tahun 1990. Saya langsung ditempatkan sebagai jabatan fungsional sebagai site manager dan jabatan structural engineer. Pekerjaan itu membutuhkan kemampuan dalam memahami sistim otomatisasi industri, sangat jauh berbeda dengan otomatisasi dasar,” jelasnya.

Puji syukur dia bisa menyesuaikan diri, bekerja sembari belajar. Hal yang dia syukuri, misalnya ketika di Politeknik, selain ilmu yang didapat juga kemampuan mengelola waktu. Mengapa? Oleh karena sistem perkuliahan yang ketat dalam pengelolaan waktu, perkuliahan yang sangat padat, dan sistem paket, bukan SKS dan banyaknya tugas-tugas LAB dan Workshop membuatnya terbiasa dengan kedisplinan. Tentulah sebagai mahasiswa, jika tak bisa berdisiplin niscaya bisa mengikuti irama yang ada di kampus. “Belum lagi sistem Drop Out yang selalu diberlakukan setiap semester. Karenanya, saya harus bekerja keras untuk memenuhi standar kelulusan saya.”

Akumulasi dari pelatihan mental, jejak rekam dari latihan di masa kecilnya, dididik bekerja keras dan dilanjutkan dengan sistem pendidikan di Politeknik menuntutnya berdisiplin. Hal itu semua sangat membantu pembentukan karakternya di kemudian hari. Jelaslah, jikalau tak disiplin, bagaimana dia bisa mengerjakan bejibun pekerjaan; jadi CEO, konsultan di green building, konsutan manajemen, dosen di beberapa kampus, melayani di gereja dan masih aktif di puluhan organisasi sosial lainnya.

Di perusahaan, menurutnya, karena bukan hanya kemampuan engineering yang dituntut, tapi juga kemampuan manajemen dalam mengelola project untuk memenuhi kewajiban dalam pencapaian target. Termasuk pengelolaan anggaran sehemat mungkin, pengerjaan engineering sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Multi assignment project atau mengelola beberapa proyek sekaligus secara bersamaan sudah menjadi santapan hariannya.

Tentu, hal itu membuatnya merasa harus melanjutkan pendidikan guna meningkatkan kemampuan untuk bisa makin memahami manajemen dan teknik elektro lanjutan. Maka, jadilah dia kuliah sambil bekerja untuk mengambil gelar sarjana. Di tengah ketatnya waktu, sebagai kepala keluarga dia harus pintar mengelola waktu. Dia  kuliah di Universitas Jayabaya. Bertepatan saat itu Fakultas Tekniknya membuka Program Eksekutif, kuliah Sabtu-Minggu. Dia pun bisa belajar di akhir pekan tanpa mengganggu aktifitas pekerjaan di kantor, tetapi tentu mengurangi kuantitas waktu berjumpa dengan anggota keluarga. Syukur, kuliah lanjutan ini dia selesai hanya dua tahun.

Seiring perjalanan waktu, karir dan tanggung-jawabnya meningkat dan bertambah, bukan lagi hanya sebagai engineering manager, tetapi diberi tanggung jawab mengelola puluhan project baru. Selain itu, dia juga ikut melakukan pemasaran untuk mendapatkan order dari customer lama dan customer baru. “Dari pengalaman itu makin banyak network dan relationship saya dengan customer, dan kepercayaan dari customer juga meningkat, market share juga meningkat dan nilai equity perusahaan juga meningkat karena kemampuan untuk membangun reputasi perusahaan,” ujarnya.

Menurutnya, dalam mengembangkan perusahaan, satu hal yang tak boleh luput adalah membangun reputasi perusahaan dengan menuju service level customer satisfaction menjadi kunci dasar untuk mendapatkan customer loyalty dan akan menghasilkan customer retention yang sarat dengan indirect marketing positive of mouth. “Itu menjadi fundamental operasional dan service perusahaan kami,” terangnya. Peluang makin terbuka lebar, hal itu dijawabnya untuk kembali menimba ilmu, magister manajemen.

“Peluang itu harus saya sesuaikan dengan peningkatan keilmuan saya, tanpa harus mengganggu pekerjaan saya. Maka saya melanjutkan pendidikan di Universitas Pancasila program Pasca Sarjana, Marketing Manajemen di Kampus Jalan Borobudur Jakarta Pusat setiap sore dan saya memilih Kampus Universitas Pancasila karena dekat dengan kantor saya, bisa ditempuh hanya 10 menit.”

Tuhan begitu baik dalam kehidupan Mombang. Seiring waktu dan pertambahan jejang pendidikan yang disandangnya, dan makin mumpuni pengalamannya dengan mengikuti beragam pendidikan non formal, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Maka, perusahaan pun memberi tanggung- jawab dan jabatan baru. Karier terus menaik.

“Sejalan dengan pertumbuhan kinerja perusahaan, dari engineering manager meningkat menjadi General Manager setelah tanggung-jawab saya tidak hanya untuk engineering saja, tapi juga marketing dan beberapa tahun kemudian saya dipromosikan menjadi Direktur Divisi bisnis.” Perusahaannya terus bertumbuh, produk portofolio dikembangkan, area pasar yang digarap terus bertambah dan bisnis portofolio juga dibuka sehingga jumlah karyawan pun harus ditambah.

Awal tahun 2012 lalu, perusahaan Share holder dari Azbil Corporation Jepang dan Berca Indonesia sebagai pemegang saham  menilai kesetian dan reputasinya di perusahaan, maka dirinya diberi tanggung-jawab lebih besar, memimpin perusahaan sebagai Presiden Direktur. Hal ini menjadi sejarah pertama bagi Azbil Corporation Jepang memilih pimpinan cabang perusahaannya dari non-Japanese, seorang Putra Batak yang beragama Kristen pula.

Jabatan itu melecutnya untuk terus menambah pengetahuan dengan studi kembali, dia mengambil strata Doktoral. Maka filosofinya dalam berlajar, terus belajar, selagi masih ada waktu. “Kepercayaan ini sangat berat buat saya dan mengingat usia saya pada waktu itu tepat 45 tahun. Kepercayaan ini harus saya wujudnyatakan dengan terus meningkatkan kapasitas saya dalam kemampuan saya dalam manajemen, sehingga mendorong saya mengambil program Doktor,” ujar lulusan Doktor Universitas Padjadjaran, Bandung ini.

“Perkuliahan saya di Universitas Padjadjaran Bandung di program Doktor ilmu ekonomi dan bisnis dapat saya selesaikan selama tiga tahun, dengan predikat lulus cumlaude dengan IP 3.98. Nilai keilmuan kedoktoran saya adalah bagaimana membangun strategi bisnis yang berkelanjutan,” jelasnya lagi. Dalam penelitian disertasinya, Mombang menyebut, dalam membangun bisnis berkelanjutan, membutuhkan reputasi perusahaan yang memiliki nilai equitas dan nilai emotional, didukung kegiatan inovasi dan pengembangan produk portofolio, dan memiliki nilai keunggulan bersaing yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

Hasil disertasi ini membuatnya semakin percaya diri, dan merasakan ilmu ini tak berhenti pada dirinya atau perusahaan yang dipimpinnya, tetapi harus diteruskan kepada generasi muda bangsa Indonesia, supaya setiap perusahaan besar atau perusahaan sedang menengah punya visi untuk membangun kinerja bisnis yang berkelanjutan.

“Membangun bisnis yang berkelanjutan membutuhkan komitmen pimpinan yang berjiwa kharismatik. Tak hanya berorientasi pendek menengah, tapi juga berorientasi panjang, karena perlu ada biaya yang harus dikeluarkan dalam membangun reputasi perusahaan sebagai investasi dalam membangun masa depan perusahaan, seperti pembangunan sumber daya manusia yang unggul sebagai asset perusahaan yang sulit ditiru pesaing,” jelasnya lagi.

Era Revolusi Industri 4.0

 

Di era ini setiap personal dituntut memiliki disiplin, punya atitude bagus dan memiliki pengetahuan. Masa di mana bermunculan banyak sekali inovasi-inovasi yang tak terlihat, tak disadari oleh organisasi mapan sehingga mengganggu jalannya aktivitas tatanan sistem lama, bahkan menghancurkan sistem lama tersebut.

Mombang melihat lain dan menekankan, untuk bisa eksis di era disruptif ini, seseorang mesti meninggalkan zona nyaman; dan harus kembali lincah dan gesit berkejaran dengan waktu. Selain itu fokus dan konstan pada tujuan agar persisten. Menurutnya, itulah yang membentuk mental seseorang menjadi smart.

“Di era Revolusi Industri 4.0 ini kita bertransformasi untuk memperbaiki diri. Jangan sibuk mengkritik orang lain lupa memperbaiki diri. Sebab orang yang tak menguasai teknologi dan mampu berselancar di era ini akan tertinggal.” Dia mencontohkan, budaya yang dibangun korporasi di Jepang, mereka maju dan sukses karena mereka memahami keadaan, mereka disipilin untuk terus berinovasi.

“Kita mesti mampu menghadapi tantangan pada zamannya di era Revolusi Industri 4.0 dan tak bisa menghindari tuntutan yang memaksa untuk lebih kreatif, inovatif, serta selalu melakukan pengembangan kompetensi yang dimiliki, disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Sebab di era Revolusi Industri 4.0 memunculkan tantangan baru, di antaranya, adanya perubahan perilaku pada generasi dalam konteks pembelajaran, hal itu diakibatkan oleh potensi distrupsi yang cukup tinggi pada setiap individu, kondisi dimana seseorang menjadi sulit memahami isu, sampai tak terverifikasi. Oleh karenanya, di era Revolusi Industri 4.0, setiap kita dituntut adaptif perubahan.”

Menurutnya, orang-orang yang sukses ke depan adalah orang-orang bukan saja menguasai teknologi, tetapi menguasai data, sebagaimana pernah dikatakan Jack Ma, perlu menguasai data berbasis pada mutu dan pasar. Maka tepatlah premis yang menyebut, siapa yang tak mampu beradaptasi dengan zaman akan tersingkir. Sebaliknya yang mampu beradaptasi, berselancar di atasnya yang survival.

Bagi Mombang mesti ada strategi dalam memacu pertumbuhan. Bahwa jelas, krisis ekonomi membuat semua langkah pendekatan tersebut terhenti untuk sementara waktu, tetapi orang yang selalu adaptif terhadap perubahan akan senantiasa optimistis akan perubahan, bahkan akan memacu daya juangnya dalam setiap perubahan. Masalahnya, adalah kegagalan untuk beradaptasi.

Karenanya, dia menghimbau, satu lagi pelajaran penting yang bisa kita petik dari runtuhnya kerajaan bisnis seperti Yahoo! Misalnya, adalah: jangan terlena dengan kesuksesan yang telah diraih. Masalahnya, bagi perusahaan-perusahaan yang sudah terlanjur besar, virus yang menggerogoti penyakit lembam seperti ini bukan merupakan sesuatu yang langka. Krisis ekonomi membuat semua langkah pendekatan tersebut terhenti untuk sementara waktu, tetapi orang yang selalu adaptif terhadap perubahan akan senantiasa optimistis akan perubahan, bahkan akan memacu daya juang dalam setiap perubahan, dan untuk bisa sinambung (sustainable) dalam jangka panjang.

Di era pembangunan ekonomi kreatif seperti ini, menurutnya, generasi muda dengan pemanfaatan teknologi digital seperti e-marketing dan e-commerce untuk melahirkan pengusaha ekonomi kreatif generasi muda. Nyatanya memang banyak perusahaan besar kolap oleh karena tak siap dan tak mampu mempersiapkan diri, yang menaik justru usaha-usaha yang dirintis generasi muda berbasis teknologi informasi. Padahal, prediksi datangnya era digital ini bukan tiba-tiba muncul.

Mombang juga aktif menulis gagasan dan pemikirannya. Termasuk tulisannya mengamati fenomena yang terjadi di masyarakat. Disinilah, menurutnya faktor kepemimpinan yang kuat dan visioner itu perlu ada. Dia mencontohkan misalnya, dalam tulisannya di kompasiana.com menyebut, perusahaan Fujifilm asal Jepang itu bisa konstan berjalan, berhasil menyelamatkan diri dari distrupsi dengan mentransformasi Fujifilm lewat inisiatif-inisiatif inovasi serta diversifikasinya, dari perusahaan fotografi menjadi korporasi sains yang multi-industri.

Peduli tanah Batak

Pria kelahiran Kota Dolok Sanggul, 6 Oktober 1966 ini beruntung ditopang keluarga. Sebagai sosok yang mobilitasnya tinggi, peran istrinya Linda Boru Marpaung, sokongan semangat dari ketiga anaknya;  Naudita Olivia Sihite, Darrell Matthews Hatoguan Sihite dan Nathania Isabella Ulibasa Sihite yang membuatnya terus antusias bergerak untuk memberi setitik arti di kehidupan. Di masa hidupnya, ingin mengabdi untuk kemaslahatan, terutama demi kemajuan kampung halamannya di tanah Batak.

Tentu, dia juga mengotokritik penerapan acara adat yang terlalu berlebih, mewah dan boros. “Banyak acara adat terlalu lama dan melelahkan, oleh karena banyak tambahan di luar esensi adat. Selain itu, bersifat eksklusif, kurang membuka pintu bagi anggota di luar suku Batak. Luncunya, apa yang diterapkan tak mudah dipahami dan diwariskan kepada generasi muda.”

Karenanya, dia memberi kritikal terhadap acara adat, agar perlu penjelasan konkrit titik-titik yang disorot sehingga generasi muda paham, bukan gagal paham terhadap kritik ini. Baginya, adat adalah identitas yang harus dijaga, tetapi harus bersifat komparatif, sehingga keunikannya mempunyai nilai kebanggaan. Sebab tuntutan globalisasi tak mungkin dinafikan. Maka perlu efektifitas dan efisiensi dan setiap ada peluang perbaikan untuk mengarah efisiensi, maka akan dilakukan perbaikan secara berkelanjutan. Tentu, ada sebagai identitas tak kehilangan maknanya, karena tuntutan efisiensi dan efektifitas.

Atas perhatiannya untuk kampung halaman, dia pun sudi memberi diri bagi tanah Batak. Atas dasar ingin pengabdian lebih luas, dia mencalonkan diri, maju menjadi Calon Legislatif di DPR RI dari daerah pemilihan Suamatera Utara II. “Saya tak mencari jabatan atau pekerjaan. Murni pengabdian untuk kemajuan masyarakat di kawasan Danau Toba.”

Tak membuat janji-janji palsu untuk kampanye. Murni mengajak masyarakat untuk tercerahkan. Menurutnya, orang sudah bosan dengan tataran teori, visi-misi, yang dibutuhkan sekarang bagaimana mengaplikasikan dalam tindakan, dari gagasan dan pikiran. “Rakyat sudah bosan dengan visi-misi. Sudah bosan dengan janji-janji kampanye, sudah tak waktunya kasih-kasih sembako, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mensubsidi pendidikan. Bahwa ke depan semangat pendidikan kita harus berubah.”

Dia melihat sekarang tak banyak lagi cendikia orang Batak dibanding etnis lain di Indonesia, padahal dulu orang Batak dikenal dengan taraf pendidikan yang mumpuni. Namun yang terjadi sekarang terlihat justru ketidakmampuan orang Batak mempertahankan kualitas pendidikan di masa lalu itu, malah cenderung melemah.

Karenanya, dia bergairah untuk menenguhkan kembali spirit, daya juang Batak untuk terus-menerus dapat ditumbuhkembangkan. “Sejujurnya, sejak dulu mental Batak dulu adalah pejuang. Orang Batak perantau daya juangnya tinggi. Siang kerja, malam bekerja. Hanya sekarang semangat juang mereka makin tergerus,” ujarnya prihatin.

Oleh karenanya, dia mengajak ada transformasi, sebagaimana slogan pemerintah Presiden Joko Widodo, revolusi mental. Maka baginya perlu juga ada semacam revolusi mental bagi orang Batak. Dia mengkritisi juga, filosofi Batak yang selama ini cenderung mengutamakan kekayaan. “Seolah-olah orang kaya itulah yang utama. Tetapi gereja juga berperan atas hal ini, hanya mengapresiasi orang yang kaya materi.”

Lalu, bagaimana memperbaiki itu? Menurutnya, yang pertama adalah mentrasformasi keluarga. “Keluarga harus ditransformasikan. Ketika keluarga tak bisa menjadi pondasi kita berpijak, membangun mental, maka susahlah untuk membangun sikap karakter tadi. Seseorang anak bisa teguh dalam daya juang tentu karena meniru keluarga. Ketika keluarga anggota keluarganya, saling menopang, sinergi terjadi.”

Hal senada dia lakukan sebagai kepala keluarga, Mombang konsisten dengan ungkapannya itu, walau harus memimpin perusahaan besar, dan di tengah-tengah kesibukan itu, masih juga memberi perhatian tugas di gereja, mengajar di beberapa kampus dan memberi perhatian ke beberapa organisasi yang juga memintanya membantu. Tetapi komunikasi dengan keluarga harus terus dibangun. Menurutnya yang penting kualitas komunikasinya, bukan kuantitas waktu berjumpa.

Lagi-lagi, ke depan, dia rindu kapasitas dan kapabilitas masyarakat Batak, terutama generasi muda makin maju pendidikan akademik dan karakternya. Karenanya, sebelum sampai ke tataran itu, dia mendorong adanya pendidikan budi pekerti, terutama karakter sejak usia dini dalam pendidikan dasar dan lanjutan itu dalam rumah, dalam keluarga.

“Intinya keluarga dan komunikasi terbangun dengan baik, agar saling memahami. Saya terapkan itu dalam rumah. Tatkala di rumah misalnya, saya ingatkan anak-anak, bahwa tugas mereka sekolah. Maka belajar itu yang nomor satu. Sementara jika kuantitas waktu dalam berjumpa dengan anggota keluarga memang sulit, saya menjelaskan dengan komunikasi. Yang penting sebenarnya kualitas berjumpa bersama dengan anggota keluarga; komunikasi suami istri bersama anak-anak dimaksimalkan. Semuanya harus terlayani dengan baik. Karena waktu yang lain harus dibagi,” ujar calon penatua di HKBP Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ini.

Potensi Danau Toba

Sebagai putra Batak, kelahiran Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, Mombang melihat lain potensi pariwisata di lingkungan Danau Toba yang dikelilingi tujuh kabupaten, yang sekarang masuk zona Otorita Danau Toba. Baginya, keindahan alam Danau Toba tak kalah menariknya dibanding daerah lain di tanah air.

Masalahnya, selama ini jarang wisatawan melihat pemandangan Danau Toba oleh kurangnya pelayanan yang baik. Oleh karenanya, menurutnya, keindahan alam Danau Toba juga mesti ditransformasi menjadi salah satu destinasi unggul pariwisata di Sumatera Utara, khususnya di tanah Batak, dengan terlebih dahulu mentransformasikan mindset ramah untuk wisatawan.

Baginya, hal ini tentu bukan hanya impian tetapi harus diwujudkan. Benar-benar menjadi tujuan wisata unggulan di Indonesia. Betapa tidak, Danau Toba memiliki resources, sumber daya yang sarat dengan keunggulan komparatif yang tak dimiliki daerah lain. Selain itu, menurutnya, keindahan alam Danau Toba juga memiliki wisata situs-situs sejarah yang ada di hampir semua Kabupaten di kawasan Danau Toba; seperti sejarah berupa Istana Raja Sisingamagaraja di Bakkara, atau makam I.L Nommesen di Sigumpar, dan di wilayah seperti Samosir.

Maka keunggulan komparatif seperti ini mesti dikelola dengan baik sehingga ke depan kawasan Danau Toba sebagai tujuan wisata bisa memberi benefit bagi pemerintah daerah khususnya di kawasan ini. Hal itu bisa terjadi jika masyarakat juga bertransformasi menjadi masyarakat yang singap dan adaptif, ramah, tetapi identitas otentiknya tetap terpampang. Mombang memprediksi, ke depan pariwisata Danau Toba tumbuh menjadi tujuan wisata, bukan saja di Indonesia, tetapi di mancanegara. Karenanya, dia menghimbau, melihat terusnya pertumbuhan dan perkembangan menuju hal itu, masyarakat Batak juga harus siap secara mental, karena itu mesti menyiapkan diri.

“Saya berkerinduan ke depan kiranya tercipta  di era generasi mendatang, ada putra-putri Batak khususnya dari Tapanuli Raya bersaing di kancah Internasional, hal ini adalah kebanggan kita nantinya dan itu termasuk kerinduan pendahulu kita dan kita harus dorong itu untuk maju,” jelasnya, sembari menambahkan, kerinduannya dalam mengembangkan Danau Toba, dan mendirikan Universitas atau Politeknik di wilayah Tapanuli Raya.

“Saya terlahir dan berhasil dari dunia pendidikan, dan saat ini saya masih aktif di salah satu perguruan tinggi luar negeri. Pendidikan itu sangat penting, dan itu semua sudah kita tuangkan dalam rencana kita ke depan bagaimana caranya nanti ketika kita terpilih harus ada politeknik di wilayah kita, biar jangkauan pendidikan itu dekat dengan daerah kita, dan itu nanti termasuk dalam program kita, selain pengembangan pariwisata Danau Toba,” tandasnya.

Dosen Pascasarjana FEB Universitas Pancasila dan Universitas Mpu Tantular ini, juga menekankan pembangunan sarana infrastuktur menjadi kunci penting di dalam membuka isolasi daerah yang berpeluang menjadi destinasi pariwisata dunia ke depan. Selain itu, dia menyarankan, Pemerintah Daerah (Pemda) mesti juga adaptif terhadap perkembangan yang ada.

Bahkan, menurutnya, perlu membentuk team khusus untuk melakukan berbagai kajian-kajian seperti percepatan pembangunan destinasi pariwisata, termasuk mengundang investor untuk membangun fasilitas pendukung pariwisata. Oleh karena itu, perlu peningkatan pembangunan ekonomi masyarakat, dengan menggali potensi industri yang dapat menunjang pariwisata, dan memberikan fasilitas kemudahan dalam berinvestasi, melindungi masyarakat dari dominasi investor asing.

Menjadi inspirasi

Sebagaimana di atas sudah dikisahkan, menceritakan kisah  kehidupanya, sejak kecil sudah didik orangtua menjadi anak yang mandiri dan berbagai untuk sesama. “Masa kecil saya, saya sudah berdagang. Sejak kecil sudah kehilangan masa kecil. Semasa SD setiap pulang sekolah saya sudah dipercaya untuk menjaga toko. SMP saya sudah terbiasa disuruh untuk membuat cek mundur, yang tanda tangan kakak saya, karena sudah memiliki rekening di bank,” kisahnya.

Selain akar kedisiplinan ditanamkan dari keluarga, dia banyak belajar dengan budaya Jepang melatih dan menerapkan disiplin sejak masa kanak-kanak. Beruntung dia dididik dengan disiplin dari orangtua yang berjiwa wirausahawan mandiri. “Sebelum berangkat sekolah sudah harus buka toko, dan paling cepat tidur pukul sembilan malam. Itu masih kanak-kakak. Artinya, disiplin itu sudah ditanamkan oleh orangtua sejak kecil. Ketika waktu belajar pun tak ada waktu khusus, tetapi belajar sambil jaga toko. Demikian juga tatkala makan, tak ada waktu khusus, sambil makan jaga toko,” tambahnya lagi. Inilah yang membentuk karakternya. Sedari kecil sudah terlatih, maka ketika merantau pun karakter disiplin itu ditanamkan dalam sanubarinya.

Baginya, kesuksesan sesungguhnya tatkala hidupnya bermanfaat untuk orang lain. Itu sebabnya dalam kamus hidupnya, selagi hidup mengusahakan yang terbaik bagi sesama, paling tidak bisa menjadi pemberi semangat, dan menginspirasi generasi muda untuk jangan sekptis terhadap keadaan. Dia menyakini, bahwa Tuhan memberi kita masing-masing potensi, masalahnya bagaimana memunculkan potensi yang dimiliki itu untuk mampu memberi pembaharuan. Akhirnya, kerinduannya ke depan, generasi muda bangsa ini makin terus melaju, bisa berkontribusi dan berkompetisi di era ini. Tak hanya sekedar penikmat, menikmati kemajuan,  tetapi mampu memacu diri dan punya daya juang di era yang distrutif ini. (Hojot Marluga)

 

Biodata:

Nama Lengkap: Dr. Ir. Mombang Sihite, MM

Tempat/Tanggal Lahir Dolok Sanggul, Humbahas 06 Oktober 1966

Nama Bapak

Waldemar Juragan Sihite (+)

Nama Ibu

Kandung Nursia Manalu (+)

Nama Istri:

Herlina Lindawati Marpaung

Anak

  1. Naudita Olivia Sihite
  2. Darrell Matthews Hatoguan Sihite
  3. Nathania Isabella Ulibasa Sihite

Pendikan:

D3 Politeknik Universitas Indonesia Teknik Elektro, tahun 1986-1989

S1 Universitas Jayabaya Fakultas Teknik Elektro, tahun 2002-2004

S2 Universitas Pancasila Marketing Manajemen, tahun 2006 – 2009

S3 Universitas Padjadjaran Manajemen Stratejik, tahun 2014- 2017

 

Pengalaman Pekerjaan:

Tahun 2012 – Sekarang President Director PT. Azbil Berca Indonesia

Tahun 2009-2011 Director PT Azbil Berca Indonesia

Tahun 2003-2008 General Manager PT. Yamatake Berca Indonesia

Tahun 2001-2002 Senior Manager PT Yamatake Berca Indonesia

Tahun 1998-2000 Engineering Manager PT Yamatake Berca Indonesia

Tahun 1996-1997 Project Coordinator PT Yamatake Berca Indonesia

Tahun 1993-1998 Project Manager PT Berca Indonesia

Tahun 1990-1993 Project Engineer PT Berca Indonesia

Karya Ilmiah yang telah diterbitkan:

No Judul Tahun Penerbit
1 The Competitive Strategy in Green Building for Indonesia Stakeholder’s 2015 International Journal of Innovation and Technology – IJIMT
2 Business Performance Sustainability :A case of Industry of Building Automation Industry in Indonesia 2016 International Journal of Economics, Commerce and Management-United Kingdom
3 Gain Competitive through Reputation 2016 South East Asia Journal of Contemporary Business, Economics and Law
4 Corporate Sustainability Performance on Service Industry: A study of factors that Encourages Competitive Advantage for Industry Performance 2017 Sedang proses ke Scopus oleh Medwell Journal Scientific research publishing company
5 Competitive Advantage: Mediator of Diversification and Performance 2017 Sedang proses ke Scopus

Oleh 2nd Annual Applied Science and Engineering Conference – AASEC

6 Company’s Innovation and Cooperative Advantage as Sustainability Economic Support 2017 Sedang proses ke Scopus

Oleh the 1st International Conference on Research of Educational Administration and Management – ICREAM

 

 

Franky Sibarani


f7b86fe3bdea07909cdd4a921c0a3160_a

Franky Sibarani adalah seorang pengusaha Indonesia. Pada 27 November 2014, ia ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo untuk menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Sekjen Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) di kantor Asosiasi Pengusaja Indonesia (APINDO)

Education

1984 – 1988 Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Working Experience
1989 – 1999 Operational Senior Manager, Astra Agro Niaga Group
1999 – 2000 Director, Bedugul Corporation
2000 – 2002 Deputy Business Development Director, Inter Sarana Globalindo Group
2002 – 2004 General Manager, PT. Bumi Mekar Tani
2004 – 2008 Corporate Secretary Head Division, Garudafood Group
2008 – Present Chief of Corporate Affairs Division, PT. Tudung

Organizational Experience
1986 – 1988 Staff Khusus Bidang Pengembangan Pemuda Petani – Himpunan Kerukunan Tani Indonesia
1986 – 1988 Ketua II Bidang Pengembangan Organisasi Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia
1988 Penerima Beasiswa Program Pemuda Asean – Menteri Pemuda dan Olah Raga RI
2004 – Present Ketua Bidang Regulasi Gabungan Pengusaha Makanan & Minuman Indonesia
2004 – Present Wakil Ketua Komite Tetap Pengembangan Pasar Pangan & Agribisnis – KADIN
2005 – Present Anggota Dewan Kesehatan & Keselamatan Kerja Nasional – APINDO
2006 – Present Wakil Sekretaris Umum APINDO
2007 – Present Sekretaris Jenderal Pusat Informasi Produk Industri Makanan & Minuman

Rufinus Hotmaulana Hutauruk


Rufinus ok1.JPG.opt300x448o0,0s300x448Profil
RUFINUS HOTMAULANA HUTAURUK, SH, MM, MH
Tempat, Tanggal Lahir: P. Siantar,4 Juni 1954
Domisili: Kota Depok
Pendidikan Terakhir: S3
Riwayat Pendidikan

  •  SMAK Bina Mulia Sumatera Utara, Lulus tahun 1972
  • S1 Hukum, Universitas Indonesia Depok, Lulus tahun 1986
  • S2 Universitas Kristen (UNKRIS), Lulus tahun 1996
  • S2 Hukum, UNPAD, Lulus tahun 2005
  • S3 Hukum, UNPAD, Lulus tahun 2007

Riwayat Organisasi

  • Ketua DPP HANURA tahun 2007-sekarang
  • Anggota DPP GOLKAR tahun 1980-2007
  • Anggota Fungsionaris GOLKAR Sumatera Utara tahun 2003-2007
  • Tim Advokat PDIP Pusat tahun 2003-2004

Riwayat Pekerjaan

  • Dosen Tetap di Universitas Internasional Batam tahun 2011-sekarang
  • Karyawan di PT. Tiga Raksa Jakarta tahun 1974-1976
  • Compradore di PT. Unggul Karya Raya Jakarta tahun 1977-1979
  • Inspektur Pengawas Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja Indonesia Jakarta tahun 1981-1989
  • Managing Partner di Law Offices Rufinus Hotmaulana Jakarta tahun 1997-2000
  • Managing Partner di Low Frim Partahi Jakarta tahun 1990-1996
  • Komisaris Utama PT. Mitra Utama Investindo Wisma Koled Jakarta tahun 2004-2006
  • Managing Partner di Law Offices Rufinus Hotmaulana dan partners Jakarta tahun 2000-sekarang
  • Dosen Tetap di Universitas Mahendradatta Bali tahun 2008-sekarang

Dr. Tommy Sihotang, SH., LLM.


Nama Lengkap
tommyDr. Tommy Sihotang, SH., LLM.
Tempat Tanggal Lahir: Pematang Siantar, Sumatera Utara, 03 Desember 1957

Agama:
Kristen Protestan

Isteri:
Maudy Conny Maningkas (asal Manado yang kemudian diberi boru Nadeak)

Anak:
Myco Obaja Halomoan Sihotang
Christy Pingkan Hasianna Sihotang

Orangtua:

Ayah:
Marsinta Sihotang
Ibu:
Bungaria boru Nadeak

Saudara:
Anak ketujuh dari 13 bersaudara (salah satunya: [alm] Pdt Tohap Sihotang STh)

Pendidikan:
Sarjana Hukum (S.H.) dari Universitas Jayabaya, Jakarta, tahun 1986
Magister Hukum (LL.M.) dari Sheffield University, UK, tahun 1999
Doktor Ilmu Hukum Pidana, Universitas Padjadjaran, Bandung, tahun 2007

Karier:
Asisten Pengacara pada Law Office “Maruli Simorangkir & Associates”
Pendiri Law Office JPRT & Associates
Pendiri Law Offices Tommy Sihotang & Partners

Kegiatan Ilmiah:

  • Pembicara pada Seminar “Prospek Reformasi di Indonesia” di London, oleh Kedubes Indonesia bekerjasama dengan PPI, tahun 1999
  • Peserta Seminar “Churches as the Peace Makers in a Changing World” di Seoul, Korea Selatan, tahun 2003
  • Penceramah mengenai HAM dan “Pertanggungjawaban Komando” di Mabes TNI Cilangkap, di Sesko TNI, Sesko AL, Divkum Mabes Polri, beberapa Korem dan Kodim
  • Anggota Tim Pakar Hukum Departemen Pertahanan Republik Indonesia, tahun 2007 sampai sekarang
  • Pengajar di Fakultas Hukum, Universitas Atmajaya dan Jayabaya Jakarta

Organisasi

  • Dewan Penasehat DPP IKADIN (Ikatan Advokat Indonesia) selama 2 (dua) periode
  • Vice President DPP KAI (Kongres Advokat Indonesia), tahun 2008 sampai sekarang
  • PLT. Presiden DPP KAI (Kongres Advokat Indonesia), tahun 2010 sampai sekarang

Karya Buku:

  1. Ketika Komandan Didakwa Melanggar Hak Asasi Manusia, 2009
  2. Hukum Acara di Pengadilan Hak Asasi Manusia, 2009

Alamat Rumah:
Jalan Bangka XI No. 56 Kemang, Jakarta Selatan
Alamat Kantor:
Jalan Wolter Monginsidi No. 122-124, Jakarta Selatan

“Anak Pedagang Sayur Menjadi Pengacara Hebat”

Tommy bersaksi bahwa kehidupan yang sekarang sedang ia jalani adalah sesuatu yang bahkan tidak pernah ia mimpikan karena semasa kecilnya ia harus hidup dengan biaya pas-pasan. Awal ke Jakarta bersama orangtuanya, mereka harus tidur di kolong jembatan dengan membangun bedeng dari bambu.

“Kalau kami semua bisa makan setiap hari, itu sudah suatu karunia yang luar biasa,” demikian tutur Tommy.

Orangtuanya kemudian memulai usaha dengan berdagang hasil bumi seperti bawang, cabai dan sayur-sayuran. Untuk memenuhi kebutuhan mereka sekeluarga, Tommy dan ibunya setiap pagi harus pergi ke pasar induk Kramat Jati untuk mengambil bahan-bahan dagangan mereka dan dijual. Mereka harus naik sebuah mobil bak kecil setiap jam 4 pagi.

Pada saat itu Ia berpikir bahwa mereka tidak boleh seperti ini terus. Ia harus membuat perubahan dalam kehidupan ekonomi mereka. Setelah lulus SD, Tommy tidak sekolah selama 2 tahun. Ia menjadi makhluk ekonomi yang berjualan es, Koran, permen dan bahkan ia menkadi pemecah batu untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Tinggal di Jakarta dengan 13 orang anak dan dalam kemiskinan, orangtua Tommy tetap menganggap bahwa sekolah adalah hal yang penting. Namun keterbatasan finansial membuat Tommy harus bersabar dan menahan keinginannya yang menggebu-gebu untuk belajar, hingga suatu hari seseorang yang baik hati menawarkannya sekolah.

“Sekolah itu, bapak saya dan mamak saya sudah tidak ngurusin saya, karena saya sudah mulai cari uang sendiri. Saya pikir, saya tidak boleh berdiam diri, saya tidak boleh begini terus. Karena kalau saya ikuti situasi saat itu, paling banter saya seperti bapak saya, punya kedai makanan, warung makan nasi. Masa saya harus seperti itu… hal itu memacu saya, saya harus bangkit,” jelasnya.

Waktu itu, satu pikirannya untuk merubah nasib adalah dengan banyak membaca. Ia kemudian masuk sekolah pelayaran dan berlayar untuk mengumpulkan uang demi bisa melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah.

Pada tahun kedua ia kuliah, ia diajak temannya untuk bekerja di kantor pengacara. Awalnya ia tidak tahu apa itu pengacara. Yang ia tahu bahwa kalau ia bekerja maka ia akan mendapat uang. Ia bekerja di Firma Hukum Maruli Simorangkir dan menjadi asisten pengacara. Tetapi disana ia melakukan semua pekerjaan. Termasuk pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh Office Boy, misalnya bayar tagihan telepon, tagihan listrik, beli Koran sampai menyuguhkan minuman pada tamu. Bahkan sampai membetulkan genteng yang bocor. Ia lakukan semua dengan sukacita. Ia harus bekerja disana sampai jam 5 dan harus ke kampus sepulang kerja. Tanpa ia sadari sebenarnya ia sedang mempelajari praktek hukum yang sebenarnya disana yang tertanam sampai sekarang. Menurut Maruli ia adalah orang yang tekun. Tekun dalam pekerjaan dan sekolah.

“Saya bahkan memilih tidur di kantor. Proses pembentukan itu, ya seperti itu.. Sampai hanya dalam waktu satu tahun saya sudah mahir bagaimana membuat gugatan, bagaimana membuat pembelaan perkara pidana..”

Kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil, pada tahun 1986 ia berhasil mendapat gelar sarjana hukum. Bahkan di tahun 1988 ia mengundurkan diri dan mendirikan firma sendiri yaitu Tommy Sihotang & Partners.

Menjadi kaya adalah pilihan. Menjadi miskin juga adalah pilihan. Setelah ia mengalami masa kecil yang tidak enak. Ia mulai bangkit dan maju untuk memperbaiki keadaan perekonomian. Sejak saat itu ia dipercayakan untuk menangani kasus-kasus besar dan namanya mulai sejajar dengan para pengacara-pengacara besar yang sudah ada. Bahkan pada tahun 2006, Tommy berhasil mendapat gelar doktor di bidang hukum. Menurut Tommy untuk keluar dari kemiskinan, kita harus melakukan suatu terobosan dalam hidup. Dan terobosan itu hanya kita bisa lakukan bersama Tuhan Yesus.

“Saya bisa lewati semua itu, dan saya bisa mendapat buah yang sangat baik dari Tuhan, semua karena kebaikan Tuhan. Saya harus katakan, ‘tanpa Tuhan ngga usah ngomong, karena semua itu ngga ada artinya hidup.’ Tuhan sudah bawa saya ke tempat yang tinggi, itu artinya Tuhan sudah tetapkan saya bekerja di ladang hukum saja. Itu juga pelayanan saya di gereja, yang berhubungan dengan hukum. Pekerjaan saya Tuhan pakai untuk pelayanan bagi orang lain.”

Tommy Sihotang sudah berhasil melewati semua lingkaran kemiskinan yang membelenggunya dan keluarganya. Ia keluar menjadi pemenang. Dan semua itu berkat Tuhan Yesus yang sudah sangat baik dalam hidupnya.

“Jangan pernah putus harapan, karena harapan itu selalu ada. Dia hanya mau kita lakukan tugas dan kewajiban kita dengan benar dan maksimal. Jadi sekali lagi, semua yang saya lakukan, yang saya ucapkan, yang saya peroleh, semua itu untuk hormat dan kemuliaan bagi Tuhan Yesus saja,” ujar Tommy menutup kesaksiannya.

Sumber: http://www.jawaban.com/news/spiritual/detail.php?id_news=090417143557

Junedi Sirait, SH


Biodata

junedi sirait Nama : Junedi Sirait , SH

  • Tempat/Tanggal Lahir             : Pematang Siantar, 6 Mei 1966
  • Pekerjaan                                    : Anggota DPRD Kab. Bogor Periode 2009-2014

Istri:

Mayor CKU (K) Kartini Siringoringo

Anak:

  1. Ananda Christie Angelin
  2. Angela Irena Minarti Anabel

Riwayat Organisasi:

  • Ketua dan Pendiri Lembaga Swadaya Masyarakat Eksaminasi, Penegakan Hukum dan Anti Korupsi (LSM EK-PHAKSI)
  • Ketua dan Pendiri Lembaga Advokasi Demokrat (LEADER)
  • Ketua DPC IKADIN Jakarta Barat
  • Penasehat DPC PERADI Jakarta Barat
  • Ketua Bidang Organisasi DPP IKADIN
  • Sekretaris III DPP Ikatan Pelopor Pembangunan
  • Wkl. Ketua Bidang Hukum & HAM DPC Partai Demokrat Kabupaten. Bogor
  • Departemen Hukum & HAM DPP GKJI
  • Sekjen Yayasan Panca Jati

Riwayat Pekerjaan :

  1. LBH Kosgoro, Jakarta Pusat.
  2. Kantor Hukum HENDRI. S & Associates, Jakarta Pusat.
  3. Kantor Hukum JUNEDI SIRAIT & Rekan, Jakarta Barat
  4. Lembaga Advokasi Demokrat (LEADER), Bogor

 

Alamat:

Perumahan Legenda Wisata Cluster Marcopolo A.18 No.16-17 Ds. Wanaherang, Kec. Gunung Putri Kab. Bogor 16967 : Perumahan Griya Kenari Mas Blok H.3 No.12-13. RT.08 – RW.10 Cileungsi – Bogor 16820

“Legislator Yang Tak Gentar Bicara Benar”

 Namanya sudah tidak asing lagi di dunia Praktisi Hukum. Junedi Sirait, SH, pria kelahiran Pematang Siantar, 6 Mei 1966 memulai karier sebagai praktisi hukum Advokat/Pengacara di era tahun 2007. Namanya melejit ketika membela para Pilot yang berseteru dengan Perusahaan PT Adam Air Skyconnection yang kemudian hari oleh pemerintah mencabut izinnya.

Penjabat Sekretaris Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN) Jakarta Barat ini juga pernah memimpin unjuk rasa, sedikitnya 500 Advokat, berorasi di Kejaksaan Agung, DPR-RI dan Istana Presiden. Unjuk rasa itu untuk membela rekan seprofesinya Ali Mazi, SH, mantan Gubernur Kendari, Sulawesi Tenggara, yang dijadikan sebagai tersangka pada saat menjalankan profesinya sebagai Pengacara dalam kasus Hotel Hilton. Hasilnya, Ali Mazi oleh putusan hukum dinyatakan tidak terbukti bersalah, bebas.

Selama menjadi Advokat Junedi juga sangat konsisten menyuarakan agar Advokat bisa disetarakan dengan penegak hukum lainnya seperti Polisi sebagai Penyidik, Jaksa sebagai Penuntut dan Hakim sebagai Pemutus perkara dalam pengadilan. “Bagi saya Advokat sebagai Pembela, sehingga hak immuniteit Advokat dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penegak hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan demi hukum harus tetap terjaga dan dilindungi berdasarkan Undang-Undang,” ujar anggota DPRD Kabupaten Bogor Periode 2009-2014, dan Ketua Dewan Kehormatan DPRD Kabupaten Bogor, ini.

Sejak tahun 2009 lalu, Junedi mengantungkan toga profesi kepengacaraanya, untuk lebih konsen, terjun ke ranah politik. Saat itu dia terpilih Legislatif dari Partai Demokrat untuk DPRD Kabupaten Bogor. Kini, dia bertekad untuk kembali mempertahankan kursi Legislatif yang telah dia sandang selama ini. Menjadi Calon Legislatif DPRD Kabupaten Bogor, Daerah Pemilihan 2 (dua) melalui Partai Demokrat dengan Nomor Urut 4. Apa sesungguhnya yang menjadi motif di balik pencalonannya kembali itu? Berikut bincang-bincangnya dengan Hotman J Lumban Gaol, Redaktur Pelaksana Reformata:

Sudah lebih enak jadi Pengacara, dan memiliki karir yang cukup bagus. Apalagi Anda tercatat pernah menjabat sebagai Ketua IKADIN Cabang Jakarta Barat, jabatan yang prestisius. Mengapa banting stir memilih karier di dunia politik?

Sesungguhnya saya terjun ke dunia politik ini bukan dadakan. Sudah jauh-jauh hari saya rencanakan, dengan sangat matang dan tentunya dengan berbagai pertimbangan. Berjubel pengalaman sebagai Advokat, 18 tahun, justru malah mendorong saya untuk memutuskan terjun ke dunia politik. Saya ingat betul saat pertama kali terjun ke dunia politik dan memilih Partai Demokrat sebagai sebagai kendaraan dan sekaligus sebagai rumah politik saya, itu sudah dalam kurun waktu yang cukup lama. Sejak awal berdirinya Partai Demokrat dan waktu itu saya dan teman-teman sudah berperan aktif melakukan tugas dan fungsi kami sebagai Advokat, melakukan Advokasi Hukum di Partai Demokrat. Dimana pada saat itu kami mendapat kepercayaan langsung dari Ketua Umum Partai Demokrat yang pertama, yaitu Bapak Prof. Dr. Budi Santoso.

Saya masih ingat betul tugas pertama yang diberikan kepada saya sekitar tahun 2004 adalah mengamankan DPC Partai Demorat Kabupaten Bogor melalui payung hukum dari manufer-manufer politik yang dilakukan oleh orang-orang yang ingin memanfaatkan situasi dan kondisi pasca-pertama sekali terpilihnya SBY sebagai Presiden RI melalui Partai Demokrat. Tiba-tiba saja banyak orang berbondong-bondong masuk ke Partai Demokrat dengan animo politik yang luar biasa tingginya. Bisa menjadi pejabat partai, baik di pengurusan tingkat Desa hingga Pengurus Dewan Pimpinan Pusat. Dan itu pun dilakukan dengan berbagai manufer yang menghalalkan segala cara demi kepentingan sesaat. Baik itu untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya.

Maka, kalau diingat-ingat waktu itu Partai Demokrat yang bukan apa-apa dan merupakan partai yang tidak pernah diperhitungkan sebelumnya, sama sekali oleh kekuatan lawan, akan tetapi dalam waktu yang sangat singkat Partai Demokrat menjadi idola dan sekaligus primadona Partai Politik yang ada, kalau boleh dibilang “iya kira-kira seperti madu yang sedang dikerumuni oleh semut-semut.”

Terbesit sepertinya Partai Demokrat adalah satu-satunya Rumah Politik bagi Anda….

Sebagai pribadi saya berperan aktif dalam menyalurkan aspirasi politik, dan sekaligus terlibat langsung sebagai pengurus partai politik di Partai Demokrat. Jadi sudah barang tentu hal ini menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi saya dalam berpolitik. Terus terang, pada awalnya di tahun 2004 saat itu saya begitu terobsesi dengan kharisma dan  figur seorang Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan kemudian saya mencoba belajar memahami lebih dalam tentang ajaran fundamental partai yang dibangun oleh SBY dengan rumusan garis ideologi partai yang Nasionalis-Religius.

Artinya, bahwa secara horizontal pusat perhatian partai adalah pada mempertahankan NKRI serta memupuk kecintaan kepada bangsa dan Negara, dan secara vertikal adalah membangun manusia, masyarakat dan Bangsa Indonesia yang dilandasi dengan semangat keagamaan, yakni beriman kepada Tuhan Sang Pencipta. Lalu menyebarluaskan kasih sayang Tuhan dimuka bumi ini. Demikian juga dengan sifat partai yang inklusif, artinya bahwa Partai Demokrat terbuka bagi seluruh warga Negara; tanpa membedakan suka, agama, ras dan golongan, yang berdasarkan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Falsafah Bangsa, di mana idealisme sebagai Trilogi Perjuangan Partai yaitu Demokrasi, Kesejahteraan dan Keamanan merupakan tiga hal yang secara sinergis diperjuangkan.

Garis ideologi partai yang Nasionalis-Religius itu mendorong Anda terjun ke politik?

Doktrin partai telah meneguhkan saya sungguh-sungguh memahami, memilih, mengapa saya terjun ke dunia politik dan memilih Partai Demokrat sebagai Rumah Politik saya. Saya pernah menjadi fungsionaris di DPP Partai Demokrat Bidang Politik dan Otonomi Daerah, dan kemudian dipercaya sebagai pengurus harian DPC Partai Demokrat Kabupaten Bogor sebagai Wakil Ketua Bidang Hukum, sesuai dengan keahlian yang saya miliki. Semua itu terjadi tidak dengan begitu saja, tetapi melalui proses dan berdasarkan kepada perjuangan dan komitmen politik yang selama ini saya laksanakan dengan sebaik-baiknya terhadap Partai Demokrat. Secara pribadi saya terus menanamkan niat berbuat sesuatu yang terbaik bagi masyarakat dan daerah tempat tinggal saya (di Perumahan Legenda Wisata Cluster Marcopolo, Ds. Wanaherang, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor).

Sebagai anggota DPRD Kabupaten Bogor periode 2009-2014, boleh diceritakan seperti apa perjalanan karir politik Anda?

Begini, yang pasti saat itu saya diberi amanah oleh Partai Demokrat Kabupaten Bogor untuk menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua Fraksi dan sekaligus menjadi Ketua Komisi A yang membidangi Pemerintahan dan Hukum, meliputi Pemerintahan Umum, Ketertiban dan Keamanan, Politik, Hukum dan Perundang-undangan, Humas/Pers, Kepegawaian/Aparatur Daerah, Organisasi Masyarakat, Kependudukan, Pertanahan dan Perizinan. Maka, dalam hal ini sesuai tugas pokok dan fungsi. Saya senantiasa terus berusaha dengan sebaik-baiknya untuk mengemban amanah partai yang telah menugaskan saya untuk bisa memberikan yang terbaik dan berguna bagi masyarakat. Kemudian, seiring perjalanan waktu dan aturan politik di DPRD mengenai pergantian paruh waktu, rotasi kepemimpinan, saya pun kembali dipercaya untuk mengisi jabatan sebagai Ketua Badan Kehormatan Dewan.

Apa saja yang kendala yang dihadapi selama menjadi anggota legislator?

Sebagai Anggota DPRD yang mengemban tugas dan amanah, saya senantiasa fokus untuk bekerja dengan sepenuh hati guna mewakili kepentingan masyarakat secara utuh sesuai tupoksi yang saya miliki. Khususnya kepada para konstituen selaku pemilik hak suara yang telah memutuskan dan memberikan dukungan penuh untuk memilih saya sebagai wakil mereka di parlemen. Lalu, memperjuangkan dan memidiasi setiap persoalan masyarakat yang menyangkut kepada urusan kebijakan pemerintah daerah dan persoalan-persoalan lain yang berhubungan dengan kehidupan warga masyarakat. Tentu hal-hal yang bersentuhan dengan hak-hak masyarakat itu sendiri. Kalau ditanya kendala, masih banyak masyarakat yang hidup di pedesaan yang SDM-nya masih dibawah rata-rata. Sehingga terasa sulit untuk bisa memberikan pemahaman yang lebih mendalam akan kesadaran berpolitik dan kepatuhan terhadap kewajiban sebagai warga Negara.

Kami peroleh informasi dari berbagai kalangan di DPRD dan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor, Anda dikenal sebagai anggota yang suka berbicara vokal dan lantang, terkesan menantang, bahkan saat Anda menjabat sebagai Ketua Komisi A, juga dijuluki sebagai Komisi Bajak Laut. Bisa Anda jelaskan?

Hahaha…… kalau dibilang terkesan menantang itu sih kurang tepat. Julukan Komisi Bajak Laut sebenarnya hanya istilah yang diberikan teman-teman LSM dan para pewarta, jurnalis. Itu tak lebih karena di masa kepemimpinan saya sebagai Ketua Komisi A kami memang selalu tegas dalam memberikan rekomendasi dan keputusan. Baik itu kepada pihak pemerintah daerah, lembaga vertical, maupun swasta. Sepanjang yang berhubungan dengan kehidupan yang menyangkut permasalahan warga masyarakat, kami selalu memposisikan bahwa hak masyarakat itu jangan pernah terabaikan, kita tak kenal kompromi, dan kita selalu laksanakan dengan sebaik-baiknya dengan mendahulukan kepentingan masyarakat.

Tetapi saya pikir sebagai Wakil Rakyat iya memang sudah seharusnya kita melakukan itu, dalam arti bahwa kita harus ingat tentang tupoksi kita sebagai anggota DPRD yang melaksanakan tiga fungsi, yaitu: Legislasi yaitu bersama eksekutif membuat peraturan daerah. Lalu, Budgeting untuk menetapkan anggaran dengan skala proritas. Dan terakhir memiliki sikap Controlling.

Artinya, melakukan pengawasan terhadap kinerja para eksekutif?

Bagi saya agar tiga fungsi ini bisa berjalan dengan baik, memang selain keberanian juga perlu ketegasan. Itu juga sangat dibutuhkan. Tak kalah penting semua argumentasinya harus terukur, dapat dipertanggung-jawabkan dan harus berjalan by rule, dan justru saya pikir sebagai anggota parlemen kita malah tidak boleh mencla-mencle apalagi cuma bisanya cengengesan, dan tahunya cuma teriak setuju saja saat pelaksanaan rapat-rapat dan hanya ingin mengedepankan kepentingannya semata. Lagi-lagi sebagai Wakil Rakyat, memang sudah semestinya berani dan mampuh berargumentasi yang tentunya harus didasari oleh penguasaan disiplin ilmu yang baik dan penuh tanggung jawab. Jadi jangan hanya asbun, asal bunyi. Karena dalam menjalankan amanat rakyat yang kita wakili itu adalah kepentingan haknya dalam segala bidang, jadi sikap dan tingkah laku kita juga harus mencerminkan seorang pemimpin.

Sebagai Ketua Badan Kehormatan Dewan, bagaimana pandangan Anda, saol badan yang Anda pimpin mandul dan hanya formalitas pemenuhan standard saja, bahkan bila BKD menjalankan fungsinya maka diberi label sebagai fungsi Alat Kelengkapan dengan istilah jeruk makan jeruk?

Saya tidak setuju dengan istilah itu, justru Badan Kehormatan ini sangat dibutuhkan keberadaannya dalam hal melakukan fungsi tugasnya sebagai internal affair dalam memantau, mengevaluasi disiplin, etika dan moral para anggota DPRD dalam rangka menjaga martabat dan kehormatan Lembaga, serta guna meneliti pelanggaran yang dilakukan oknum anggota DPRD terhadap peraturan Tata Tertib dan Kode Etik DPRD serta sumpah janji yang telah diucapkan pada saat pelantikan sebagai anggota dewan. Oleh karenanya, masyarakat jangan sungkan-sungkan untuk menyampaikan pengaduan tentang prilaku para anggota legislatif yang dianggap menyimpang.

Bagi saya, jabatan sebagai Ketua BKD ini adalah merupakan jabatan terhormat yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya demi tegaknya sebuah aturan atau regulasi yang ditetapkan di Lembaga DPRD itu sendiri. Untuk membuktikan pernyataan saya ini, ayo silahkan sampaikan pengaduannya dan BKD segera akan melakukan penyelidikan dan verifikasi serta klarifikasi atas pengaduan yang disampaikan tersebut. Saya jamin itu, yang penting pada prinsipnya pengaduan tersebut harus dapat dipertanggung-jawabkan, baik data, fakta dan disertai alat bukti pendukung, jadi jangan hanya sekedar issu yang tak lebih hanya merupakan fitnah untuk menjatuhkan seseorang.

Akhir-akhir ini Partai Demokrat diterpa berita-berita yang tak sedap, bahkan dianggap Partai terkorup. Terkait pencalonan Anda kembali upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk menepis berita-berita tak sedap ini, agar bisa merebut suara masyarakat untuk memberikan dukungannya kepada Anda kembali?

Pertama, saya perlu tegaskan, tidak benar Partai Demokrat itu adalah partai terkorup. Menurut saya, semua itu tak lebih dari permainan kotor politik lawan. Kalau boleh saya mengutip pemberitaan yang baru-baru ini dirilis oleh  sebuah situs resmi berita internet kompasiana.com, yang ditulis oleh Fajar Muhammad Hasan, telah menulis tentang data tingkat korupsi partai-partai peserta Pemilu 2014 adalah sebagai berikut: pertama didominasi oleh PDI Perjuangan dengan jumlah koruptor 84 dengan tingkat persentase 33,7%, kedua Partai Golkar dengan jumlah koruptor sebanyak 60 dengan tingkat persentase 24,1% dan posisi ketiga diduduki oleh PAN dengan jumlah 36 dengan tingkat persentase 14,5%. Ini sinyalemen yang membuktikan ketidakbenaran issu bahwa Partai Demokrat bukan partai terkorup.

Kami menyadari issu-issu seperti itu sengaja dilakukan untuk menghantam Partai Demokrat, karena kita tahu persis bahwa untuk dua periode berturut-turut, Partai Demokrat berhasil dengan gemilang menghantarkan SBY menduduki kursi Presiden RI. Dimana pada pemilu 2014 nanti, tentu SBY tak lagi boleh mencalonkan diri sebagai calon Presiden untuk yang ketiga kalinya sebagaimana amanat konstitusi. Artinya ada peluang yang terbuka lebar bagi partai-partai lain untuk bisa merebut kursi Presiden yang tak lama lagi segera akan ditinggalkan oleh SBY. Ironisnya, beberapa kader Partai Demokrat yang tersandung kasus korupsi malah dijadikan sebagai momen oleh lawan-lawan politik Partai Demokrat sebagai pintu masuk untuk menyerang dan melemahkan Partai Demokrat.

Lalu, apa yang Anda lakukan mengambil hati konsituen?

Oleh karena itu, dengan persoalan-persoalan tersebut maka-mau-tidak-mau sebagai kader Partai Demokrat yang militan, agar bisa terus berkiprah di dunia politik untuk memberi yang terbaik kepada masyarakat, khususnya di Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor maka saya mencoba bekerja dengan metode 4 (empat) AS, yaitu: Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas dan Kerja Tuntas. Dan yang menjadi modal utama dan sangat berharga adalah mempromosikan diri kepada masyarakat di daerah pemilihan saya atas hasil karya nyata dan kinerja yang sudah dan terus saya lakukan sejak terpilih menjadi anggota dewan hingga sampai saat ini. Pengabdian mana yang terus saya lakukan dengan sebaik-baiknya tanpa ekses, dimana apa yang menjadi aspirasi dan harapan masyarakat akan pembangunan wilayahnya sudah kita serap dan salurkan dengan baik. Dan dalam menyambung tali silaturahmi dengan masyarakat sudah barang tentu saya harus turun ke bawah atau blusukan menemui masyarakat sebagai konstituen pemegang hak suara.

Turun ke bawah, konsolidasi dan sosialisasi, masih ada tantangan yang dihadapi?

Bagi saya tiada hari-hari tanpa konsolidasi dan sosialisasi serta menjelaskan tentang tujuan dan keinginan kenapa saya ingin mencalonkan lagi sebagai calon Legislatif periode 2014 – 2019 kepada mereka dengan gamblang. Jujur saja setiap kunjungan dan sosialisasi yang saya lakukan banyak tantangan yang saya hadapi dan itu bermacam-macam bentuknya, akan tetapi apa yang saya yakini, saya lakukan, biar itu dianggap melawan arus, saya tidak perduli, yang jelas saya berkeinginan ada perubahan yang mendasar khususnya di wilayah Bogor Timur.

Apa lagi SBY itu kan tinggalnya di Dapil saya, jadi saya harus benar-benar bisa membaca sinyalemen atas kebijakan Presiden SBY yang pro rakyat, seperti terus mensosialisasikan dan memantau pengawasan jalannya kebijakan-kebijakan Pro Rakyat, meliputi BOS, PNPM Mandiri, KUR, pemberian bantuan pupuk dan bibit gratis, Raskin, Rutilahu, Jamkesmas, Jampersal, BLSM dan banyak lagi hal-hal lainnya. Termasuk pelaksanaan BPJS dan yang terakhir terus mensosialisasikan pentingnya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Desa. Tapi sebaik apapun yang kita sudah lakukan, ada saja pihak-pihak yang kurang berkenan dan melontarkan kritik yang pedas dengan membabi-buta.

Namun, saya selalu bersikap biasa-biasa saja terhadap kritik, buat saya soalnya sederhana saja. Kritik yang betul akan saya perhatikan, yang lebih ironis lagi tidak jarang saya menjadi korban fitnah. Tetapi bagi saya tidak apa-apa, difitnah begini-begitu biarin saja. Saya masa bodohlah, saya jalan terus. Saya yakin kebenaran akan datang, tidak sekarang nanti ada saatnya kebenaran akan ditegakkan. Bagi saya yang penting jangan pernah berhenti melakukan kebaikan dan kebenaran. Saya ingat betul apa kata Firman Tuhan yang tertulis pada Kitab Kolose 3 ayat 23, yang mengatakan: “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk Manusia.” Itu intinya.

Bila terpilih kembali sebagai anggota dewan, apa yang menjadi obsesi dan komitmen Anda?

Bila Tuhan berkehendak puji Tuhan. Saya tidak ingin yang muluk-muluk. Saya mau semua proses bisa berjalan dengan baik dan benar seturut kehendak-Nya, dan saya akan terus melanjutkan bakti saya dengan terus melanjutkan bekerja dan melakukan apa saja yang bisa saya perbuat, guna kepentingan masyarakat.

Ada closing statement yang ingin Anda sampaikan?

Singkat saja, jangan lupa 9 April 2014 datanglah ke TPS dan gunakanlah hak suara Anda dengan sebaik-baiknya, dan bagi yang berdomisili di Kabupaten Bogor, daerah pemilihan 2 (dua) meliputi Kecamatan Gunung Putri, Cileungsi, Jonggol, Sukamakmur, Cariu dan Tanjung Sari. Mohon Doa dan Dukungannya coblos Nomor urut 4 Junedi Sirait SH, calon Anggota DPRD Kabupaten Bogor dari Partai Demokrat.

 

Agus Rihat P. Manalu, SH


Profil:

AgusNama Lengkap: Agus Rihat P. Manalu

Tempat/ Tanggal Lahir: Bulak Kapal, Bekasi Timur, Bekasi, 11 Agustus 1979.

 Pendidikan

  • Sekolah Dasar dari SD Negeri Duren 02 Bekasi Timur.
  • Sekolah Menegah Pertama (SMP) ST M Monica Bekasi Timur.
  • SMU Negeri 4 Bekasi, Kota Bekasi.
  • Sarjana Hukum (S1) dari Fakutas Hukum Universitas Lampung (Unila).
  • Magister Hukum (S2) dari Fakutas Hukum Universitas Krisnadwipayana (Unkris).

Alamat Kantor:
JL. H.M. Djoyomartono No.20 Bekasi Timur, Bekasi, Jawa Barat
Telp: 021 – 9259 7948 FAX. 021 – 881 0387
E-Mail: lbhkasihindonesia@yahoo.com

Masih muda, tetapi beberapa perjuangannya telah dicatat sejumlah kalangan. Itu tak lain, karena perjuangannya membela hak rakyat. Salah perjuangannya bersama tim, adalah pernah menggugat Komisi Pemilihan Umum (KPU). Mereka menggugat mewakili kelas kelompok masyarakat di sejumlah provinsi. Agus dan tim mengajukan gugatan class action terhadap KPU, pada Pemilu 5 April 2004 lalu. “Jelas kita menggugat karena banyak anggota masyarakat di seluruh Indonesia yang tidak bisa menggunakan hak pilih mereka pada, hak politik mereka diabaikan,” ujarnya.

Ternyata, gugatan yang dilayangkan Agus bersama tim menang. Gugatan yang ditujukan kepada Ketua KPU Nazaruddin Sjamsuddin, dikabulkan Pengadilan Negeri Jakarta. Dalam gugatan class action, Agus sebagai penggugat minta agar majelis hakim menyatakan KPU telah melakukan perbuatan melawan hukum. “Gugatan kita diterima, kita menang, tetapi sampai saat ini kita tidak tahu lagi, ujungnya bagaimana. Kasus ini entah bagaimana rimbanya sekarang, tidak jelas,” kenangnya “Tetapi paling tidak, kami sudah melakukan perjuangan untuk rakyat.”

Cita-citanya memperjuangkan keadilan bagi masyarakatnya. Walau masih muda, Agus sudah banyak makan asam garam dunia pergerakan, sejak mahasiswa hingga kemudian terjun menjadi pengacara, pun banyak hal yang telah dilakukan, tentang pendampingan masyarakat terhadap kepastian hukum. Tidak takut membela rakyat tertindas. Lalu siapa sebenarnya anak muda yang punya cita-cita mulia ini? Nama lengkapnya, Agus Rihat P Manalu disingkat ARPM, lahir di Bulak Kapal, Bekasi Timur pada 11 Agustus 1979.

Agus belia mengenyam pendidikan Sekolah Dasar Ngeri di SDN Jaladha Pura Bekasi Timur, SDN Duren 02 Bekasi Timur. Lalu,  dilanjutkan sekolah menengah pertama (SMP) di St. M. Monica Bekasi Timur, dan selanjutnya menyelesaikan sekolah menengah umum (SMU) di SMU Negeri 4 Bekasi. Sejak kecil talentanya sudah terlihat dari kesukaan berbicaran dan membela orang tertindas. Agus lalu melanjutkan sarjana hokum ke Fakultas Hukum Universitas Lampung (UNILA). Waktu mahasiwa dia aktivis mahasiswa  tahun 1998. Diantaranya aktif pada Dewan Mahasiswa Universitas Lampung (DEMA-UNILA) dan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND). Di kemudian hari setelah makin banyak bergelut di dunia hukum, memperdalam Ilmu Hukum dengan mengikuti pendidikan S2 Magister Hukum di Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana, Pondok Gede, Jakarta Timur.

Setelah menyandang Sarjana Hukum Agus mengikuti Pendidikan Advokat pada Lemdiklat Advokat IKADIN (2003) dan Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) PERADI. Tahun 2005, melakukan pembelaan publik dan Advokasi bagi masyarakat yang termarjinalkan/miskin melalui Komite Advokasi Gerakan Rakyat (TEGAR) dan juga tergabung pada Serikat Pengacara Rakyat (SPR). Tahun tahun 2004 hingga tahun 2005 menjabat Direktur pada Lembaga Bantuan Hukum Konsumen (LBH-Konsumen) di Jakarta. Tahun 2008, akhirnya membawanya mendirikan Kantor Hukum ARPM & Co.

Sekarang, dia aktif memberikan penyuluhan hukum, mengadvokasi para masyarakat yang sepantasnya dibantu secara hukum dengan gratis, katanya. “Saya seorang pengacara, ingin memberikan bantuan hukum bagi masyarakat yang tidak mampu. Karena bagi saya melihat masih banyak perlakukan hukum yang tidak sepantasnya diterima oleh masyarakat kalangan bawah.”

Agus sudah mendedikasikan dirinya untuk mengabdi pada masyarakat dengan keahlian di bidang hukum yang dimilikinya; yaitu dengan memberikan konsultasi dan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat miskin. Termasuk bagi mereka yang tidak mampu, yang terjerat permasalahan hukum dan menjadi korban ketidakadilan. Bahkan, sejak tahun 2009 Agus bersama rekan-rekannya mendirikan Lembaga Bantuan Hukum Kasih Indonesia (LBH KASIH) dan kemudian menjabat Ketua Pos Bantuan Hukum (POSBAKUM) pada Pengadilan Negeri Bekasi Periode 2010-2012 sebagai bentuk pengabdiannya pada masyarakat Kota Bekasi.

Wakil Ketua DPC Hanura Kota Bekasi dan Ketua DPC Gerakan Muda HANURA (GEMA HANURA) Kota Bekasi ini merasa perjuangannya belum maksimal, atas hal itu, dia ingin lebih maksimal mendedikasikan hidupnya pada masyarakat. Kini dia maju menjadi calon legislatif. “Harus berani. Kini waktunya saya mau mendedikasikan hidup saya untuk membantu masyarakat, untuk membawa penerangan tentang hukum. Karena itu saya maju menjadi Caleg DPRD Kota Bekasi Daerah Pemilihan Bekasi, dari Bekasi Timur nomor urut lima dari Partai HANURA,” terangnya.

Mottonya maju menjadi Caleg adalah “maju dengan hati, berdiri dengan nurani.” Dengan visi untuk masyarakat Bekasi Timur untuk mendapatkan kedamaian, kesejahteraan, keadilan dan hak yang sama di hadapan hukum. Seturut dengan hal itu, maju menjadi Caleg dengan misi kelak bisa mengoptimalkan kinerja DPRD Kota dalam Fungsi Legislasi, Fungsi. “Fungsi Pengawasan dan Fungsi Budgeting untuk menghasilkan kebijakan yang pro-rakyat. Juga memberikan bantuan hukum cuma-cuma, gratis bagi masyarakat Kota Bekasi yang tidak mampu khususnya masyarakat Bekasi Timur,” ujarnya lagi.

Komitmen saya, jika saya terpilih nanti bisa mensejahterakan masyarakat Bekasi Timur melalui pengusulan kebijakan yang berisikan hak–hak yang seharusnya didapat, dan adanya kontrol terhadap kebijakan tersebut agar efektif, termasuk memperjuangkan kemajemukan. “Kita harus memperjuangkan pluralisme, bukan hanya gereja yang ditutup baru kita bereaksi. Bahkan banyak rumah ibadah saudara sepupu kita ditutup, kita harus bela,” ujar Sekretaris Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Kota Bekasi, ini.

  • Hotman J. Lumban Gaol

Eriko Sotarduga


E SotardugaNama : Ir. Eriko Sotarduga B.P.S.

Nama Lengkap : Eriko Sotarduga Binsar Pahalatua Sitorus
Profesi : –
Tempat Lahir : Medan, Sumatera Utara
Tanggal Lahir : Kamis, 10 April 1969
Zodiac : Aries
Warga Negara : Indonesia

Istri : Drg. Roslina T. Nainggolan

Pendidikan:
SD Negeri Sungai Putih, Deli Serdang (1975 – 1981)
SMP YPAK Sungai Karang, Deli Serdang (1981 – 1983)
SMP Immanuel, Medan (1983 – 1984)
SMA Negeri 1, Medan (1984)
S-1 Jurusan Teknik Industri di Universitas Trisakti Jakarta (1993)
KARIR
Anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada tahun 1999
Anggota DPR RI Komisi IV (2009 – 2014)

Organisasi:

1999 – Sekarang : Anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Jakarta

2000 : Deklarator Banteng Muda Indonesia, Semarang

2000 – 2004 : Sekretaris Jenderal Banteng Muda Indonesia, Jakarta
2004 : Caleg No. urut 7 dari Dapil 7 Jawa Barat untuk DPR RI
2004 – 2006 : Plh. Ketua DPN Banteng Muda Indonesia, Jakarta
2006 – Sekarang : Ketua Dewan Pimpinan Pusat Banteng Muda Indonesia, Jakarta
2005 – Sekarang : Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan DKI Jakarta.

Pada tahun 2000 berperan sebagai Deklarator Banteng Muda Indonesia, Semarang dan juga menjadi Sekretaris Jenderal Banteng Muda Indonesia, Jakarta hingga 2004, pada 2004 Caleg No. urut 7 dari Dapil 7 Jawa Barat untuk DPR RI serta Ketua DPN Banteng Muda Indonesia, Jakarta, Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan DKI Jakarta pada tahun 2005. 2006 Ketua Dewan Pimpinan Pusat Banteng Muda Indonesia, Jakarta.

Eriko berada di Dapil DKI Jakarta II yang meliputi Kodya Jakarta Pusat, Luar Negeri, Kodya Jakarta Selatan dan mendapatkan 37.067 suara. Eriko menjabat sebagai anggota DPR RI komisi VI di bidang Perdagangan, Perindustrian, Investasi, Koperasi, UKM, BUMN, Standarisasi Nasional.

Abdul Wahab Dalimunthe


abdulNama Lengkap : Abdul Wahab Dalimunthe. Alias : No Alias Profesi : Politisi Agama : Islam Tempat Lahir : Rantau Prapat, Sumatera Utara Tanggal Lahir : Selasa, 10 Januari 1939 Zodiac : Capricorn Warga Negara : Indonesia Pendidikan: SMAN 3 Medan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Karier: Pandu Alwashliyah, HMI, PMII Anggota DPR RI periode 2009-2014 Wakil Ketua Badan Kehormatan DPR H Abdul Wahab Dalimunthe, SH menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014.

Ia diusung Partai Demokrat mewakili Sumatera Utara. Dalam pemilihan calob legislatif, Abdul Wahab menang 192.716 suara dari daerah pemilihan Sumut 1 yang meliputi Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, dan Kota Tebing Tinggi. Ia lantas diberi jabatan sebagai anggota Komisi II yang membidangi Pemerintahan Dalam Negeri, Aparatur Negara, Otonomi Daerah, dan Agraria. Sebelum melenggang ke Senayan, putra H Daud Dalimunthe dan Dinah Ritonga ini terlebih dulu menjabat sebagai Ketua DPRD Sumatera Utara pada tahun 2004.

Namun, posisi itu terpaksa dilepasnya setelah ia dipecat sebagai kader Partai Golkar lantaran ‘nekat’ maju sebagai Calon Gubernur Sumut dengan dukungan partai lain yakni Partai Demokrat, PAN, dan PBR. Melalui proses Pergantian Antar Waktu (PAW) dalam rapat paripurna, posisi Abdul Wahab digantikan H Abdul Aziz Angkat. Abdul Wahab lahir di Rantau Prapat, 10 Januari 1939. Ia merupakan salah satu tokoh berdarah biru yang didapatnya dari garis keturunan Raja Bilah.

Pria yang memiliki hobi sepak bola sejak kecil ini lebih banyak melewati masa kanak-kanak di kampung halamannya sendiri. Mulai dari SMP hinga SMA. Meski berdarah biru dan memiliki warisan kekayaan berlimpah dari sang ayah yang meninggal di tahanan tahun 1949 lantaran dituduh sebagai pengikut NICA, Abdul Wahab jauh dari predikat anak manja. Suami Hj. Atikah yang dikaruniai 4 anak ini memilih hidup sederhana dengan perjuangannya sendiri. Abdul Wahab kecil pun tak malu harus berjualan kue untuk membantu sang nenek.

Tahun 1957, Abdul Wahab memutuskan untuk pindah ke Medan, melanjutkan pendidikan ke SLTA. Niat awalnya sebagai seorang perawat kandas karena ia malu membuka baju saat tes. Akhirnya Abdul Wahab masuk ke SMAN 3 Medan dan berhasil lulus tahun 1960. Kecintaannya terhadap ilmu hukum diteruskannya saat masuk Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Di sini, tidak hanya menimba ilmu, Abdul Wahab pun banyak berlajar berorganisasi. Ia tercatat pernah aktif di Pandu Alwashliyah, HMI, PMII, dan menjadi bagian dari Nahdlatul Ulma (NU).

Ia pernah ikut berdemo di jalanan meneriakkan pembubaran PKI. Dan gara-gara terlalu aktif inilah, kuliahnya jadi molor. Abdul Wahab harus menempuh 7 tahun bangku perkuliahan sebelum meraih gelar Sarjana Hukum.

Sumber:

http://profil.merdeka.com/indonesia/a/abdul-wahab-dalimunthe/

Hariara Tambunan, SE. SH.


header1Nama lengkap : Hariara Tambunan, SE. SH.

Tempat & tgl lahir : Jakarta, 12 Oktober 1967

Nama istri : Elizabeth Wahono Br. Siregar

Riwayat Pendidikan :

Strata Satu Ilmu Hukum (STIH Jagakarsa), Lulus Tahun 2001

Strata Satu Ilmu Ekonomi (UKI), :Lulus Tahun 2994

SMU Advent Purwodadi Jawa Timur, Lulus Tahun 1987

SMPN 19 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Lulus Tahun 1984

SD PSKD Kwitang V Jakarta, Lulus Tahun 1981

Kursus/Diklat yang pernah diikuti :

Orientasi Fungsionaris Partai Golkar th.2007

Penataran Kader / Fungsionaris Keluarga Besar GOLKAR A Tingkat Pusat th.1996

Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) th.1988

Latihan Peningkatan Disiplin dan Bela Negara FKPPI – Pemuda Pancasila th.1997

Ceramah Kewaspadaan Nasional Bagi Organisasi Sosial Politik dan Organisasi Kemasyarakatan th.1995

Pendidikan dan Pelatihan Instruktur Perkaderan Partai Golongan Karya Tingkat I DKI Jaya th.2002

Diskusi Panel Partai GOLKAR “Proyeksi Ekonomi dan Otonomi Daerah 2001″ th.2000

Forum Pemantapan Wawasan Kebangsaan Bagi Pengurus Organisasi Pemuda th.1995

Riwayat Organisasi :

Biro Cendikiawan DPD I Golkar DKI Jakarta (mantan) Th.1987

Wakil Bendahara DPD I Golkar DKI Jakarta th.2002

Wakil Ketua PD I AMPG DKI Jakarta th.2000

Wakil Bendahara DPP AMPI th.2004

Wakil Ketua DPD I AMPI DKI Jakarta th.2002

Wakil Ketua PD IX GM FKPPI DKI Jaya th.1995

Ketua DPW BM KOSGORO’57 DKI Jakarta th.2002

Wakil Bendahara DPP BARINDO th.2007

Ketua Umum Alumni IKAFE-UKI th.2012-2015

Ketua Umum HIPWI FKPPI th 2010-2014

Wakil Bendahara Bid.Kerjasama Internasional DPP Partai Golkar th 2009-2015

Riwayat Pekerjaan :

a) President Director Ranyza Sejahtera Group :

– Komisaris PT. Natarida Energy

– Komisaris PT. Gregory Energy

– Komisaris PT. Natarida Perkasa Energy

– Komisaris PT. Gorby Putra Utama

– Komisaris PT. Natarida Global Energy

b) Staff Memperindag RI (2000-2001)

c) Staff Ketua DPR RI (1994-2004)

Martin Manurung


Martin lahir di Jakarta, Indonesia, pada tanggal 31 Mei 1978. Saat ini, ia tinggal di Jakarta dan bekerja sebagai Direktur Utama PT Sekurindo Gada Patria. Perusahaan ini menyediakan konsultasi untuk berbagai perusahaan, baik nasional maupun internasional, pada pengelolaan risiko dan kelangsungan bisnis di tengah perubahan konstan sosio-politik-ekonomi lingkungan Indonesia.

Setelah menghabiskan masa kecilnya sebagai penyanyi, ia mendapat gelar sarjana di bidang ekonomi dari Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, jurusan Ekonomi Uang dan Perbankan. Selama waktunya di universitas, ia aktif sebagai aktivis mahasiswa dan berada di garis depan gerakan yang mengakhiri kediktatoran Suharto pada tahun 1998. Sementara menjadi seorang aktivis mahasiswa, Fakultas Ekonomi memilih dia sebagai salah satu dari tiga mahasiswa berprestasi tahun 2000. Selama 1998-2001, ia juga mengajar Pengantar Ekonomi, Mikro dan Ekonomi Mikro, Ekonomi Indonesia, di Universitas.

Pada tahun 2005, ia memperoleh Penghargaan Chevening Inggris dan memperoleh gelar Master dari School of Development Studies, University of East Anglia, di Norwich, Inggris, pada tahun 2007. Sekolah, sekarang dijuluki sebagai “School of International Development,” diakui sebagai salah satu sekolah pengembangan penelitian terkemuka di Inggris, dan juga di Eropa.

Dalam politik, ia adalah Ketua Relawan Perjuangan Demokrasi (REPDEM / Relawan Perjuangan Demokrasi), sebuah organisasi massa di bawah Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan (Partai Demokrasi Indonesia – Perjuangan) dari 2007 sampai 2010.

Pada 1 Februari 2010, Martin bersama dengan 44 orang yang berasal dari berbagai latar belakang menyatakan Demokrat Nasional. Massa-organisasi secara luas diakui sebagai memiliki “Restorasi Indonesia” (Restore Indonesia) sebagai tag line-perjuangan mereka untuk membuat pekerjaan demokrasi Indonesia untuk kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial berdasarkan nilai awal yang ditetapkan oleh pendiri negara itu. Para inisiator nasional organisasi adalah Surya Paloh, pemilik TV nasional besar stasiun berita (Metro TV) dan surat kabar (Media Indonesia), dan Sultan Yogyakarta, Hamengku Buwono X.

Pada tanggal 14 Juli 2011, Martin dilantik sebagai Ketua Umum Garda Pemuda Nasdem (Nasional Demokrat Organisasi Pemuda itu). Dalam organisasi ini, ia terpilih bersama dengan 185 anggota Dewan Garda Pemuda Nasdem Tengah, dan Surya Paloh duduk sebagai Ketua Dewan Penasihat Pusat.

Ia juga telah terlibat dalam gerakan sosial-demokratis sejak masa mudanya yang awal. Dia adalah pendiri Progresif Tenggara Muda Asia (YPSEA), sebuah organisasi regional terdiri dari gerakan pemuda progresif di Asia Tenggara. Pada tahun 2009, ia juga terpilih sebagai anggota Komite Pengarah Jaringan Sosial-Demokrasi di Asia, sekelompok partai politik; pre-party formasi, dan politisi progresif, ulama dan aktivis di wilayah yang berbagi nilai-nilai demokrasi sosial dan perspektif. Sejak 2010 ia juga terlibat sebagai anggota dewan redaksi dua Sosial-Demokrat Jurnal, yaitu Jurnal Demokrasi Sosial di Asia dan Indonesia Sosial-Demokrasi Journal.

Terlepas dari politik-ekonomi kegiatan di atas, ia juga Direktur Eksekutif Institute for Democracy Kesejahteraan, non-profit dan organisasi non-pemerintah yang berbasis di Jakarta yang bertujuan untuk mengubah sosial-demokrasi ide, khususnya yang berkaitan dengan demokrasi, kesejahteraan dan keadilan sosial, untuk menjadi kebijakan negara.

Kolom-nya sering muncul di koran-koran utama di Indonesia, yang meliputi Kompas, Jakarta Post, Jurnal Nasional, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, dan harian BATAK POS. Dia juga telah diwawancarai di berbagai media internasional.

Leo Nababan


Biodata

Nama Lengkap:

Leo Nababan

Panggilan:

Leo

Tempat/tanggal lahir:

Sei Rampai, Deli Serdang, Sumatera Utara, 30 Oktober 1962

Nama Ayah :

Gr Sihol Nababan

Nama Ibu :

L. Simanjuntak

Nama istri:

dr. Fabiola Alvisia Latu Batara

Anak: 3

Agama:

Kristen Protestan (Jemaat HKBP Jalan Jambu, Menteng, Jakarta Pusat)

Pekerjaan Sekarang:

Staf Khusus Menteri Koordinator Kesejahteran Sosial

Pendidikan:

SD Negeri Kampung Jeruk, Deli Serdang, Sumatera Utara  lulus tahun 1975

SMP Negeri III Medan, Sumatera Utara lulus  tahun 1979

SMA Negeri V Medan, Sumatera Utara lulus 1982

Sarjana Nutrisi dan Makanan Ternak, Universitas Dipanegoro (Undip), Semarang lulus tahun 1992

Pendidikan noformal:

Tahun 2006 : KRA – XXXIX LEMHANNAS RI

Pengalaman Bekerja:

Staf Direksi PT Hunamas Putra Interbuana (Gold Exploration) tahun 1984-1986,  di Jakarta tahun 1986-1988

Asisten Direksi PT Hunamas Putra Interbuana Jakarta tahun 1989-1990

Asisten Direksi Huna Group Pusat di Jakarta, 1990-1992

Kepala Cabang Huna Group di Manado, 1997-1999

Anggota Majelis Permusyarwaratan Rakyat-Republik Indonesia (MPR-RI), mengantikan KH Zainuddin MZ, tahun 1997-1999

Staf Khusus Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, tahun 2004-2005

Direktur Humas PT Adamsky Connection (ADAM AIR) di Jakarta 2005

Komisaris Utama PT Karya Waluya Bhakti tahun 2005-sekarang

Komisaris Siwani Makmur.Tbk di Jakarta 2005-sekarang

Staf Khusus Ketua DPR-RI Agung Laksono tahun 1999-2004

Direktur PT Kusiba Karya tahun 2000-sekarang

Direktur PT Anugerah Bahari Semesta

Pengalaman Organisasi:

Sejak SD hingga SMA terbiasa ikut organisasi sekolah, OSIS. Sementara sejak mahasiswa juga aktif di organisasi kampus, termasuk Gerekan Mahasiswak Kristen Indonesia (GMKI).

Wakil Sekjen DPP Partai Golkar

Pengurus DPP Partai Golkar

Ketua DPP AMPI

Wakil Sekjen PPK Kosgoro 1957

Ketua Kelembangaan dan Oraganisasi, Dewan Pegurus Badan Kerjasama Sosial Usah Pembinaan, Warga Tama (DP Bersama-Organisasi Payung LSM Anti Narkoba),

Wakil Ketua Bidang Industri &Transportasi Dewan Pengurus Pusat,

Organisasi Persatuan Insinyur Indonesia (PII)

Wakil Bendahara Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang dan Distributor Indonesia (ARDIN)

Sekretaris Dewan Beras Nasional

Mantan Sekjen DPP Gema Kosgoro

Mantan Sekretaris IKA UNDIP DKI Jakarta

Mantan Instruktur Kader Pusat DPP Golkar

Mantan Anggota Satgas Pemuda DPP Golkar

Mantan Koorprov BAPPILU se-Sumatera Utara DPP Partai Golkar

Mantan Ketua Umum Alumni Penataran P4 Pola 144 jam-Angkatan ke-32 Tingkat Nasional

Mantan Dewan Pengarah Forum KARSINAL Mahasis DPP Golkar

Mantan Asisten Posko Dapur Pimpinan FKP-MPR RI 1997-2002

Mantan Pengurus Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI)

Penghargaan:

Tahun 1994: Terbaik 1 (Pertama) Penataran Kewaspadaan Nasional (TARPADNAS) Pemuda Tingkat Nasional

Tahun 1995: Terbaik 10 (Sepuluh) Penataran P4 Pemuda Tingkat NasionalTahun 1997 : Terbaik 1 (Pertama) Internasional Standard Learning System (Effectiv Communication and Interpersonal Relation Skill)

Pengkaderan:

Penataran P4 Pola Pendukung 25 jam di IPB Bogor tahun 1983

FORTA KOSGORO Tingkat Jawa Tengah di Semarang di Kabupaten Batang tahun 1989

Istruktur FORTA Tingkat  Nasional Kosgoro 1993, Pengkaderan Tingkat Utama DPP-AMPI tahun 1993

Penataran Kewaspadaan Nasional (TARPADNAS) Oleh Kantor Kemnterian Pemuda dan Olahraga RI-HAMKAM 1994

Penataran Penyegaran Kader (Instruktur) DPP Golkar 1994

Karsinal Pemuda DPP Golkar 1995

Penataran P4 Oleh BP7 Pusat Pola 144 Jam Tingkat Nasional tahun 1995

Handcraff Wordshop For Your in Bangkok 1995

Internasional Standar Learning and Interpersonal Relations Skill tahun 1997

Program Drugs Abuse Presenvention (JICA) di Jepang tahun 1999

Pengalaman Luar Negeri:

Anggota Delegari Pemuda Indonesia dalam pertemuan Handicraff Workshop For Asean Youth di Bangkok (Thailand) tahun 1995

Anggota Delegasi pada Konggres Menteri-Menteri Pemuda se-dunia di Portugal tahun 1998

Peserta Traning Couse “Drug Abuse Prevention” JICA, Jepang tahun 1999, Pendaping Pertemuan Anggota Parlemen se-Asia Pasific di Holang Bay-Vietnam tahun 2005

Pendamping Pertemuan Anggota Parlemen Internasional UNO (IPU) tahun 2005

Mendampingi Ketua DPR-RI, Kunjungan kerja ke Manila, Iran, Turki, UEN (Dubai) tahun 2005

Peserta Study Srategic Luar Negeri KRA-XXXIX Lemhannas ke India, tahun 2006.

 Alamat : Jl. Kayu Manis, Matraman – Jakarta Timur 13130

Biodata dibuat Hotman J Lumban Gaol alias Hojot Marluga

Menyongsong Jubileum 150 Tahun HKBP: “Peneguhan Iman Kristiani dan Jati Diri Bangso Batak yang Berbudaya”

Oleh Ir. Leo Nababan

Sejarah mencatat bahwa sebelum Kekristenan menjamah Tanah Batak, para nenek moyang kita hidup dalam agama Animisme dan dinamisme dengan ritual penyembahan berhala hasipelebeguon. Sungguh suatu kehidupan yang diliputi kegelapan ditambah sering terjadinya permusuhan antar kampung dalam rangka memperoleh status kehormatan “hasangapon” dan kekuasaan atas sumberdaya ekonomi khususnya tanah “hamoraon”. Konflik itu tak jarang mengandalkan kekuatan magis “hadatuon” yang kerap berakibat pada pembunuhan dan terjadi saling balas dendam secara turun-temurun.
Meskipun pada awal proses Kekristenan di Tanah Batak penuh dengan tantangan dan pergumulan, namun yang pasti bahwa Kekristenan telah membawa Tanah Batak menuju terang. Kita patut berterimakasih kepada para Penginjil dimana lewat tugas panggilan misionarisnya membebaskan Tanah Batak dari kegelapan. Adalah Ompui Ingwer Ludwig Nommensen sebagai Misionaris legendaris Tanah Batak, melalui panggilan hidupnya yang lahir pada tanggal 6 Februari 1834 di Nordstrand, Distrik Holstein, Jerman, menjalankan panggilan hidupnya sebagai Penginjil di Tanah Batak sampai Tuhan memanggilnya di Sigumpar Toba Samosir pada tanggal 23 Mei 1918.
Meskipun bukan sebagai Misionaris pertama di Tanah Batak, metode dan pembawaan misi Ompui IL Nomensen di Tanah Batak lebih diterima oleh orang Batak dibanding Misionaris-misionaris sebelumnya. Terkait dengan hal ini, penulis mencoba menyimpulkan bahwa ada dua pendekatan yang diterapkan oleh Ompui dalam menjalankan misinya sehingga lebih cepat dipahami dan diterima oleh orang Batak waktu itu. Pertama, Ompui IL Nommensen menggunakan pendekatan humanis yakni upaya perbaikan taraf hidup orang Batak waktu itu.
Ketika penulis berkunjung ke tanah kelahiran Ompui IL Nommensen di Nordstrand Jerman, betapa kagumnya penulis melihat model perkampungan di kampung halaman Ompu i yang memiliki prototype yang mirip dengan perkampungan Batak “Bona Pasogit”. Satu hal yang paling berkesan adalah model kompleks gedung gereja di Nordstrand yang memiliki areal/pekarangan untuk tempat becocok tanam, gedung sekolah, gedung pelayanan kesehatan dan areal untuk peternakan.
Mungkin penulis berfikir bahwa model yang demikianlah yang ditransfer Ompu i ke Tanah Batak. Misi-misi Kekristenan yang dijalankan Ompu i di Tanah Batak tidak serta-merta hanya melakukan pewartaan Injil an sich, namun juga disertai dengan misi-misi Kemanusiaan. Hal ini dapat kita lihat dari pembagunan Gereja di Huta Dame dengan areal yang disediakan untuk aktivitas kemanusiaan atau yang dikenal dengan pargodungan.
Mengenai tempat bersekolah, bangunan sekolah-sekolah di areal Kompleks Gereja di Nordstrad telah mengispirasi Cendekia Jerman waktu itu yakni Hubber Alles yang mempropagandakan betapa ilmu pengetahuan yang diperoleh anak-anak di bangku sekolah berperan besar dalam membangun peradaban manusia Jerman yang waktu itu telah maju dan unggul di kawasan Eropa. Prinsip inilah yang kemudian hari disalah pahami yang memunculkan paham rasialisme Jerman khususnya di era Hitler berkuasa. Terlepas dari itu, kegiatan belajar-mengajar di sekolah yang terdapat di Pargodungan Gereja sebagai buah karya penggembalaan Ompui IL Nommensen di Tanah Batak telah menginspirasi seniman besar Nahum Situmorang dalam menciptakan lagu monumentalnya “Anakhon hi do hamoraon di au.” Berkat upaya Ompui Nommensen yang menekankan pentingnya pendidikan dan membangun sekolah-sekolah di Pargodungan Gereja membangkitkan orang Batak dengan jerih payah untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Dari gambaran diatas dapat kita pahami bahwa Gereja dan Pargodungan memiliki fungsi yang teramat signifikan dalam membentuk Iman Kristen dan meningkatkan taraf hidup Suku Batak dimana Gereja menjadi sentral Revolusi Iman lewat persekutuan dan pewartaan Injil, sementara pargodungan menjadi sentral perubahan taraf hidup dimana disana terjadi aktivitas transfer pengetahuan lewat sekolah, pelayanan kesehatan, pembelajaran bercocok tanam dan beternak serta pengasahan keterampilan.
Pendekatan kedua yang diterapkan Ompu i dalam pewartaan Injil di Tanah Batak adalah menggunakan pendekatan Budaya dan Tradisi. Sebelum melakukan pewartaan Injil, Ompu i mencoba memahami hakekat karakter, tradisi dan budaya Orang Batak waktu itu dengan terlebih dahulu mempelajari Bahasa Batak Toba. Model seperti ini kurang lebih hampir sama dengan penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa oleh para Wali Songo. Dalam konteks ini upaya pewartaan Injil yang dilakukan Ompui i tidak menimbulkan penghilangan atau penghapusan nilai-nilai budaya dan tradisi Batak namun yang cenderung terlihat adalah bahwa nilai-nilai Agama dan kebudayaan saling membutuhkan dimana prinsip ajaran ke-Kristen-an diinternalisasikan lewat tradisi dan budaya. Tentu dalam hal ini ada upaya yang dilakukan untuk perbaikan nilai-nilai Budaya Batak yang bertentangan dengan prinsip ke-Kristen-an.
Begitulah cara Tuhan membawa orang Batak keluar dari kegelapan menuju terang lewat hambanya yang setia mewartakan Kerajaan Surgawi sampai ke ujung dunia. Saat ini, menjadi penting untuk membahas dua pertanyaan dan sekaligus menjadi bahan refleksi khususnya menjelang peringatan Jubileum 150 Tahun Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dan sekaligus juga momentum peringatan pewartaan Injil di Tanah Batak. Pertama, apakah sesungguhnya Tanah Batak sudah menerima Injil keselamatan itu? Kedua, bagaimana kita menghubungkan Injil dan Budaya Batak ditengah gempuran budaya global saat ini? Kedua persoalan inilah yang menjadi pergumulan penulis saat ini yang kerap memunculkan keresahan.

KATA KUNCI: Dari 3H Menjadi 5H
Seiring dengan pesatnya kemajuan zaman, budaya global kecenderungan mengarahkan eksistensi manusia untuk pemenuhan dan pemuasan aspek materialistis saja. Orang Batak juga sepertinya terikut-ikut dalam arus ini yang ditandai dengan penguatan falsafah ‘3 H’ yakni Hamoraon (kekayaan), Hagabeon (keturunan/generasi) dan Hasangapon (kehormatan). Eksistensi manusia dapat dikatakan sempurna apabila memiliki ketiga unsur H ini. Prinsip 3 H inilah yang kerap menjadi motivasi utama orang Batak dalam perjalanan hidupnya. Target pencapaian/pemenuhan 3 H kerap telah menyebabkan orang Batak ‘menghalalkan’ segala cara. Persaingan yang muncul dalam upaya pencapaian 3 H ini juga kerap memunculkan sikap HOTEL (Hosom, Teal, Elat, Late) antar sesama orang Batak.
Oleh sebab itulah falsafat ‘3 H’ inilah yang tanpa kita sadari menjadi tantangan dan godaan bagi orang Batak dalam peneguhan Iman Kekristenannya saat ini. Dalam konteks ini bukannya penulis bermaksud menyatakan bahwa prinsip ‘3 H’ itu tidak penting. Sebagai manusia biasa, penulis menyatakan bahwa falsafah ‘3 H’ itu tetap penting namun bukan yang terpenting dalam motivasi hidup. Sudah saatnya kita merubah falsafah ‘3 H’ menjadi falsafah ‘5 H’ dengan mereposisi prinsip ‘3 H’ tersebut diurutan terbelakang dengan demikian urutan falsafahnya menjadi: 1) Haporseaon (Iman Kepercayaan), 2) Hadameon (Kasih), 3) Hamoraon (Kekayaan), 4) Hagabeon (Keturunan/generasi) dan 5) Hasangapon (kehormatan). Falsafah nomor 1 dan 2 terletak dalam dimensi vertikal dan falsafah 3, 4 dan 5 terletak dalam dimensi horizontal, suatu penggambaran dan pemaknaan Salib Kristus.
Ditengah-tengah kondisi yang memperlihatkan terjadinya Krisis Iman dan degradasi nilai-nilai Budaya dan Adat Istiadat Batak, HKBP yang akan menyongsong 150 tahun Jubileum terpanggil untuk lebih meneguhkan jati dirinya sebagai Gereja yang bertubuhkan Kristus, hidup dalam penggembalaan semua bangsa khususnya orang Batak yang berjati diri dalam Budaya dan Adat Istiadat Batak. Selamat Menyongsong Jubileum 150 Tahun HKBP.

Wawancara

Ir. Leo Nababan, Staf Khusus Menko Kesra

“Terkutuklah Orang yang Mengandalkan Tim Sukses”

Sinode Godang hajatan besar bagi Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Sinode Godang digelar mengemban tugas, mempertimbangkan dan menerima laporan pimpinan HKBP sebelumnnya, menetapkan rencana strategis HKBP. Puncaknya memilih pemimpin baru, Ephorus, Sekretaris Jenderal, tiga orang Kepala Departemen dan 24 orang Praeses.

Acara ini akan dilaksanakan pada 10-16 September 2012 di Seminarium Sipoholon. Sinode dengan tema “Gabe jolma na tang jala matoras situtu mangihuthon hagogok ni rimpas ni Kristus” yang diambil dari Efesus 4:13b. Sebelum di Sinode Godang terlebih dahulu digelar rapat di tingkat huria mulai Maret – April 2012. Di ressort digelar Mei, Juni 2012, dan kemudian di Distrik, dilaksanakan 24 – 26 Juli 2012.

Banyak harapan yang digantungkan pada Sinode Godang nanti. Bagi jemaat HKBP Sinode Godang ini memberikan sebening cahaya untuk menerangi jalan HKBP ke depan. Salah satunya Ir Leo Nababan, Staf Khusus Menko Kesra berharap Sinode Godang ini menghasilkan hasil yang terbaik.

Bagi politisi Golkar ini, kita sering tidak menyadari, “Tanpa-sadar dan sengaja selama ini Sinode Godang HKBP telah berlangsung sangat hiruk-pikuk, dan hampir tidak berbeda dengan pertemuan-pertemuan organisasi massa atau partai politik. Kalau ada acara deklaras  untuk calon ephorus. Ini sudah lari dari habit aslinya,” ujar lulusan terbaik Penataran Kewaspadaan Nasional (Tarpadas) Pemuda Tingkat Nasional dan lulusan Lemhannas Republik Indonesia, tahun 2006, angkatan KRA – XXXIX Lemhannas RI, ini.

Pria kelahiran Sei Rampah, Sumatera Utara, 30 Oktober 1962 adalah anak dari seorang guru huria HKBP, Gr Sihol Nababan. Dia mengaku sangat mencintai HKBP, dan selalu mengatakan ahu anak ini HKBP do. “Ahu boras ni HKBP do. Saya amat cinta pada HKBP. Harapan saya pada Sinode nanti, kita berharap terpilih pemimpin yang diurapi Tuhan. Bukan pemimpin yang mendapatkan jabatan dengan cara-cara politik,” ujar bapak tiga anak, yang berjemaat di HKBP Jalan Jambu, Menteng ini.

Demikian petikan wawancara Hotman J Lumban Gaol (pendiri Situs Ensiklopedia Tokoh Batak) denga Ir Leo Nababan:

Sinode Godang masih beberapa bulan lagi, tetapi jauh sebelumnya sudah ada beberapa calon yang mendeklarasikan diri dan membentuk tim sukses untuk mencalonkan menjadi ephorus?

Saya kira, kalau ada tim sukses untuk mencalonkan pimpinan gereja, ini akan berbahaya. Kita harus beberkan hal seperti ini. Ini penyimpangan iman. Ini menjadi ancaman ke depan kalau sudah kita buat gereja seperti partai politik. Karena bagaimana pun hal ini sudah melanggar dari habitusnya.

Momentum dalam sinode godang ini harus kita gelar dengan baik dan benar, menjaukan politik, tanpa harus ada hiruk pikuk politik di sana. Sebagai seorang warga jemaah HKBP, saya berharap ada perubahan yang baru, tradisi yang baru, paradigma yang baru untuk pemimpin HKBP yang akan datang. Diantaranya, ada perubahan dan aturan-peraturan yang baru. Dalam arti berpikirnya koseptual integral. Peraturan yang selama ini menghambat kepemimpinan di HKBP, harus dibongkar habis. Diperbaharui.

Apa yang harus dibongkar?

Tohonan ephorus itu memang tahta suci. Tetapi fungsi dan strategis dari jabatan ephorus harus diawasi. Salah satunya adalah lembaga pengawas perlu ada. Sampai sekarang ini tidak ada lembaga yang mengawasi di struktur HKBP.

Bagaimana  ekpektasi Anda terhadap Sinode Godang?

Lagi-lagi saya sudah katakan, pada Sinode Godang kali ini, yang akan datang kita berharap banyak. Ini adalah momentum untuk terus membenahi HKBP. Sinode Godang HKBP banyak mengemban tugas untuk mempertimbangkan dan menerima laporan pimpinan HKBP, menetapkan rencana strategis HKBP, menetapkan sikap umum HKBP memilih Ephorus, Sekjend, Kepala Departemen dan Praeses.

Lalu, tentang adanya tim sukses dalam pemilihan ephorus kali ini?

Terus terang saya dihubungi beberapa orang. Saya diminta jadi tim sukses. Saya menjawab tegas, menolak. Saya tidak mau terlibat dalam hal ini. Karena ini wilayah yang harus kita hormat, sakral. Jangan buat ruang yang sakral menjadi abu-abu. Ini bukan partai politik. Okelah, kalau saya dilibatkan mendukung tim sukses dari satu calon ketua partai, tidak masalah. Tetapi ini memilih pemimpin umat, hati-hati. Jangan main-main. Jangan sampai ini digelar seperti pemilihan partai. Kita belajar dari Katolik, bagaimana mereka memilih pemimpin mereka, Paus. Para kardinal terlebih dahulu diberikan tempat untuk berdoa masing-masing. Saya tidak bermaksud seperti itu, yang saya mau katakan adalah betapa sakral pemilihan puncuk pimpinan gereja yang terbesar di Asia Tenggara.

Jadi, kalau ada tim sukses untuk mendukung calon ephorus itu euforia politik?

Ini bukan masalah perasaan nyaman atau perasaan gembira yang berlebihan mendukung salah satu calon. Saya dengan tegas katakan, kalau ada orang yang membantu tim sukses untuk mencalokan ephorus saya katakan hati-hati. Terkutuklah orang yang mengadalkan manusia. Terkutuklah orang yang mengandalkan tim sukses. Kalau dalam ranah politik misalnya, saya terlibat itu betul. Tetapi kalau di gereja juga berpolitik untuk mencari jabatan, itu amat naif. Sekali lagi itu jabatan yang sakral, yang tidak sembarang untuk dipilih.

Maka, saya dengan tegas katakan, jangan coba-coba bermain politik dalam pemilihan ephorus. Sekali kita mengunakan politik di gereja, rusaklah kita. Dan bagi para calon, saya kira para calon terlebih dahulu berdoa pada Tuhan. Lalu mengaca diri, apakah mereka sanggup dan mampu mengemban tanggung-jawab itu. Karena dengan demikian mereka akan memberi petunjuk oelh Tuhan. Karena itu, saya mengimbau seluruh peserta Sinode Godang yang memilih pemimpin HKBP kelak, jangan pilih orang yang sudah membuat tim sukses. Pilihlah orang yang tidak memiliki tim sukses.

 

Ini himbauan….

Ini himbauan. Saya mengimbau para politisi Batak yang berjemaat di HKBP jangan coba-coba ikut menjadi salah satu pendukung, atau tim sukses dari satu calon. Saya menghimbau, yang pengusaha-pengusaha juga jangan coba-coba melakukan ikut tim sukses. Saya kira ini penting dingatkan agar mereka jangan memberikan dukungan. Agar jangan Tuhan mengutuk kita. Sekali lagi, gereja bukan partai politik. Kalau ada target-target politik jangan pakai gereja dong. Ini berbahaya, sangat berbahaya. Kita harus belajar dari masa lalu.

Anda mengusulkan ada lembaga yang mengurusi atau mengawasi. Seperti apa maksudnya?

Sebenarnya dulu sudah pernah hal ini dilontarkan pada Sinode Godang sebelumnya, tetapi ini tidak pernah direalisasikan. Apa pentingnya dewan pegawas? Tidak boleh lagi ada kesewengan-wenangan, karena ada lembaga yang mengawasi. Jadi tidak semua-muanya dilakukan ephorus. Hal ini baik ke depan diterapkan di HKBP. Kalau kita contoh, NU memiliki dewan Mustasyar (Penasihat), Syuriyah (Pimpinan tertinggi), Tanfidziyah (Pelaksana Harian). Tetapi tidak persis begitu.

Usulan saya, Sinode Godang harus melibatkan seluruh jemaat dari seluruh latar profesi, jender dan pendidikan. Baik muda dan tua. Saya kira, memang benar HKBP hanya organisasi keagamaan, tetapi juga sekaligus lembaga yang memikirkan pendidikan dan sosial. Maka ada Koinonia, Marturia, Diakonia.

Apa kerinduan Anda terhadap HKBP ke depan?

Saya amat mencintai HKBP. Terus terang saya dibesarkan oleh HKBP. Bapak saya adalah dulu seorang guru huria dari HKBP. Saya tidak mungkin lepas dari HKBP. Bagi saya, HKBP bukan hanya miliki para hamba Tuhan, pendeta, parhalado, tetapi seluruh stakeholder dari jemaat HKBP.

Mereka tentu harus dilibatkan. Karena itu seluruhnya harus dilibatkan. Bila penting dikasih ruang meminta pendapat dari mahasiswa, pengusaha, pendidik, politisi, kaum-ibu-ibu, naposo, dan sekolah minggu. Artinya mereka didengar pendapatnya. Bila penting, diberikan ruang untuk seminar khusus mendengarkan pendapat seluruh elemen, yang ada di HKBP sebelum dilangsungkan Sinode Godang.

Karena bagi saya, HKBP adalah Batak. Kalau HKBP sudah rusak orang Batak juga akan rusak. Jangan sampai Nommesen kedua datang ke Tanah Batak. Unang dipolitiki parhurian, sotung sega negara on. Kalau mau berpolitik masuk saja ke partai politik. Jangan berpolitik di gereja.

Apa yang harus diperankan HKBP di Tanah Batak?

Saya kira kehadiran HKBP banyak hal yang bisa dilakukan. Misalnya, sekiranya HKBP terlibat aktif dalam mengusung Provinsi Tapanuli, hal itu akan jadi. Tetapi belum terlambat untuk memperjuangkan Provinsi Tapanuli. HKBP harus terlibat aktif.

Harapan terakhir?

Kita menghendaki agar seluruh HKBP termasuk Pimpinan HKBP sungguh-sungguh dapat melaksanakan tugas panggilan yang dipercayakan Tuhan Yesus Kristus, Raja Gereja, melalui keputusan-keputusan Sinode Godang. HKBP saat ini butuh pendeta yang berani dan rela menerima resiko. Yang sungguh sungguh memegang teguh konfessi HKBP.

Pertama, Manjamitahon Barita na Uli i di tongatonga ni Huria, di portibi on, dohot tu nasa na tinompa. Kedua, Mangaradoti ulaon sakramen na dua i, i ma Pandidion na Badia dohot Parpadanan na badia. Marmahani ruas ni Huria i. Mamatamatai sude panggulmiton ni Huria i. Mangajarhon dohot mangaramoti poda na polin. Padalanhon ruhut parmahanion dohot paminsangon, huhut mangalo poda haliluon. Padalan ulaon asi ni roha. Paluahon halak sian ragam ni hapogoson dohot haotoon. Mangaradoti ulaon pembangunan na marojahan di hasintongan dohot hatigoran, jala na manjungjung hinaarga ni jolma songon gambaran ni Debata, sebagai Imago Dei.

Terkahir, saya berharap momentum ini juga untuk menyatukan pendapat mengajukan I L Nommensen sebagai pahlawan nasional (Nommensen menjadi ephorus pertama pada 1881 hingga akhir hayatnya. Ia digantikan oleh Pendeta Valentine Kessel pada 6 Februari 1904. Ketika Nommensen genap berusia 70, Universitas Bonn menganugerahinya gelar Doktor Honoris Causa). Karena beliaulah (Nommensen) Tanah Batak melek terhadap kemajuan. Ia pelopor perubahan di Tanah Batak. Bagi saya Nomennsenlah pahlawan sejati orang Batak.***

Ansory Siregar


Nama Asli Ansory Siregar Nama Panggilan Nama Populer Ansory Siregar Tempat/Tanggal Lahir Bangun Purba, Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia, 10 Juni 1965

Daerah Asal Pemilihan : Sumatera Utara III

Komisi : Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Pangan (Komisi IV) sebagai Anggota

Alat Kelengkapan : Badan Kehormatan sebagai Anggota
Karier
Karier Kerja Anggota DPR RI (2004)

Nama Lengkap
H. Ansory Siregar, Lc

Tempat dan Tanggal Lahir
Bangunpurba, 10 Juni 1965

Jenis Kelamin
Laki-laki

Agama
Islam

Daerah Pemilihan
Sumatera Utara III

Alamat
Komplek DPR RI Blok A6 No. 98 Kalibata Jakarta Selatan

Jabatan
– Anggota Komisi IX DPR Republik Indonesia
– Anggota Badan Kehormatan DPR Republik Indonesia
– Pimpinan Fraksi PKS SPR Republik Indonesia

Pendidikan Formal
S1 Damaskus Syria

Pengalaman Organisasi
Ketua PPI Damaskus Syria

Gedung DPR RI Lantai IV Ruang 420
Jl. Jendral Gatot Subroto
Jakarta 10270
Email redaksi@anshorisiregar.com

Postdam Hutasoit


Postdam Hutasoit

Tempat tanggal lahir : Pematang Siantar, 31 Desember 1946

PENDIDIKAN :

Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Pasti Ilmu Alam

S 1 Geografy / Regional Planning, Lulus Tahun 1976

KURSUS-KURSUS :
1. LEMHANAS Tahun 1994

2. Kursus Perencanaan Sosial Kota di Taiwan Tahun 1987

3. Kursus Perencanaan Kota di Bali Tahun 1980

RIWAYAT PEKERJAAN LEGISLATIF

1. Anggota MPR RI Tahun 1982-1987
2. Anggota DPR RI Komisi V (Perhubungan dan Pekerjaan Umum) Tahun 1988-2004 (Tiga Periode)
3. Koordinator Panitia Anggaran DPR RI Komisi V Tahun 2000-2004
4. Wakil Ketua Panitia Ad Hock II Badan Pekerja MPR RI Tahun 2001-2004
5. Wakil Ketua Komisi B pada Sidang-sidang Tahunan MPR RI Tahun 2001-2004
6. Anggota DPR/MPR RI mewakili Jawa Barat Tahun 1999-2004
7. Anggota DPR/MPR RI mewakili Jawa Timur Tahun 1988-1999
8. Anggota MPR RI mewakili Jawa Timur Tahun 1982-1987

RIWAYAT PEKERJAAN PEMERINTAHAN

Kepala Sub Direktorat Sarana dan Prasarana Dirjen Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri Tahun 1976-1988

RIWAYAT ORGANISASI

1. Koordinator Pimpinan Kolektif Nasional Partai Demokrasi Pembaruan (PKN PDP) 2008-2009
2. Wakil Sekretaris Balitbang DPP PDI P Tahun 1997-1999
3. Ketua Bidang Tenaga Kerja DPP Golkar Tahun 1993-1997
4. Ketua DPP KNPI dan Ketua DPP AMPI Tahun 1985-1990
5. Wakil Ketua Umum Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia Tahun 1970-1972
6. Anggota GMNI/GMKI Tahun 1967-1972

Otorita Asahan tidak Perlu, Inalum Harus Stop 2013
Perusahaan aluminium di kawasan Asahan, Sumatera Utara, selama ini kuasai perusahaan Nippon. Jepang sebagaimana diketahui memikiki saham mayoritas 58,9 persen saham Inalum melalui Nippon Asahan Alumminium (NAA). Saham NAA dikuasai 50 persen oleh Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan 50 persen milik swasta Jepang. Sementara masa berlaku Build, Operate, and Transfer (BOT) Inalum berakhir 2013.

Adalah Postdam Hutasoit, pria kelahiran Pematang Siantar 31 Desember 1946, menyebutkan proyek yang selama ini di Asahan adalah proyek yang banyak merugikan Indonesia. “Oleh karena itu perlu ditinjau ulang lagi. Kontraknya jangan diperpanjang lagi. Sendari dulu saya sudah katakan bahwa proyek Asahan rugi, tidak ada ada gunanya diperpanjang. Karena itu tahun 2013 kontak dengan Jepang harus distop,” ujarnya berbicang-bicang dengan BATAKPOS di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (27/4).

Postdam menambahkan otorita yang selama ini mengelola kawasan Asahan tidak perlu ada lagi. “Otorita tidak perlu lagi di Asahan. Sejak dulu, masa Soekarno tahun 1962 mengatakan otorita ini tidak penting di Indonesia. Dulu ada konsensus bahwa otorita hanya ada di Budi Luhur. Seharusnya otorita Asahan itu juga hanya sifatnya koordinasi saja,” ujarnya pemrakarsa bandara Silangit, ini.

Apa salahnya kalau dikekola otorita? “Kita harus memperhatikan seluruh isi kontrak dengan Jepang. Karena tidak perlu lagi ada otorita. Kita harus kritisi tanggung-jawab dan kewajiban, beserta tugas-tugas dari otorita itu sendiri. Memang ototita Asahan memberikan pajak bunga air ke-9 kabupaten di sekitar Asahan. Tetapi itu tidak sebanding dengan apa yang dikeruk dari perut Asahan,” ujar mantan anggota di Komisi Anggaran dan Komisi V ini.

Sebenarnya bagaimana awal mula proyek Asahan? “Sebenarnya proyek asahan sudah dimulai masa Belanda, tetapi tidak berhasil. Pada saat ini PLN sudah punya inisiatif mensurvei dan membuka jalan ke Singapura. Jadi tidak tepatlah kalau ada orang yang mengaku-ngaku berjasa pada proyek Asahan,” ujarnya tanpa menyebut nama.

Menurut Postdam, sejak tahun 1965 PLN-lah yang menjejaki rencana proyek Asahan yang dibantu Jepang oleh JICA. “Keberadaan Inalum selama ini tidak memberikan keuntungan, malah merugikan pada negara terutama kerugian ditanggung pemeritah daerah Sumatera Utara. Selama ini, kontribusi yang diberikan Inalum dalam bentuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kawasan Inalum tidak sebanding,” tambahnya.

Postdam mengajak untuk merenungkan, hasil daerah proyek PLTA yang dihasilkan Asahan hanya menghasilkan 2 megawatt. “Itu pun hanya mampu menghidupi Porsea. Padahal, dulu di dengung-degungkan listrik menjual ke Madagaskar, Malaysia dan Singapura juga. Apalagi kalau ditotal hasil listrik yang dihasilkan bisa 2000-an megawatt.

Dia juga mengusulkan agar pengelolaan Inalum ke depan berada di tangan, pemerintah provinsi Sumatera Utara, dikoordinasikan pada pemerintah pusat. Kalau sudah begitu, pemerintah tidak memiliki alasan kuat untuk memperpanjang kontrak dengan Jepang di Inalum.

Seperti diketahui, Jepang berkepentingan agar kontrak Inalum diperpanjang, agar pasokan aluminium di Negeri Sakura tersebut selalu berada pada posisi aman. Inalum tercatat sebagai pelopor dan perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak dalam bidang industri peleburan aluminium dengan investasi sebesar 411 milyar Yen.Tercatat saat ini, 60 persen (225 ribu ton) dari produksi alumunium Inalum diekspor ke Jepang.

“Inalum harus kembali ke tangan kita. Mengembalikan Inalum kembali ke tangan nasional, dalam rangka meningkatkan perekonomian nasional, ketimbang memperpanjang kontrak kembali dengan pemerintah Jepang,” ujar mantan anggota DPR/MPR (1982-2004).***hotman j lumban gaol

Sahat Sinaga


Membangun Gereja, Memberdayakan Pemuda Gereja

Sahat Sinaga (Sekretaris Jenderal Partai Damai Sejahtera)

oleh; Hotman J Lumban Gaol

Sebuah nats firman Tuhan menyatakan “didiklah kaum muda, maka di hari tuanya dia akan menjadi baik.” Pemuda memang harapan gereja, sebab pemuda adalah bunga-bunga gereja. Sahat Sinaga kelahiran Bandung, 2 Oktober 1965 ini, tahu benar betapa signifikannya peranan pemuda gereja. Sahat merasakan betul, sejak kecil dia dididik orangtuanya dengan ketat “hidup bergaul dengan gereja.” Dia amat berharap pemuda gereja mau berperan aktif, tidak hanya terkungkung pada seremonial gereja saja.

“Saya melihat pemuda mempunyai peran yang signifikan dalam membangun bangsa. Pemuda itu harus kreatif dan punya motivasi yang tinggi. Hanya saja sekarang, bahwa pemuda-pemuda yang datang ke gereja hanya memberikan kebutuhan rohani, kebaktian, pendalaman Alkitab dan ujung-ujung hanya latihan koor,” ujar Sekretaris Resort Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) Resort Bekasi dan Penatua di GKPI Jemaat Bekasi.

“Saya tidak percaya kata orang yang mengatakan gereja hanya memberikan masalah rohani. Yang saya rasakan gereja memberikan bekal untuk saya terjun dalam pekerjaan,” ujarnya.

Baginya, gereja memang harus menjadi pijakkan pemuda. “Jika pemuda berasal dari gereja akan lebih kuat dan lebih militan. Tapi sering kali aktivis yang menanamkan nilai-nilai Kristen itu seringkalai tidak memikirkan gereja. Gereja tidak lagi menjadi pijakkan mereka dalm melakukan berbagai aktivis.”

Bagi Sahat, setiap hal harus dilihat dengan jernih, termasuk memikirkan sisi baik dari setiap mengkritisi kebijakan, misalnya saat DPR disorot soal ingin membangun gedung baru. Bagi Sahat, itu baik. “Kondisi gedung yang baik juga perlu. Rakyat bukan mengeluhkan kualitas gedung, tetapi justru kualitas kinerja dan keputusan yang dihasilkan anggota DPR,” ujar Sekretaris Jenderal Partai Damai Sejahtera, ini.

Kembali ke soal pemuda gereja, Sahat melihat, sebenarnya tidak salah gereja memikirkan hal rohani saja, hanya saja dalam hidup ini kita tidak hanya memikirkan masalah rohani. Pemuda harus aktif dalam mengusung nilai-nilai kebangsaan, dan itu bisa dorongan dari gereja. Dan, tidak meluluh hanya memikirkan kelompoknya,” tambahnya mantan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPP-GAMKI) dan Anggota Majelis Pemuda Indonesia.
Lalu, apa yang harus dilakukan gereja? “Gereja berperan memberikan pencerahan pengertian tentang masalah-masalah yang dihadapi warga gereja. Misalnya, juga kala korupsi meraja-lela, gereja harus memberikan pengertian dan moral agar jemaatnya, terutama pemuda tidak terjebak dalam korupsi,” tambahnya.

Bagi Sahat, gereja juga harus berhasil mengajarkan bahwa menyembah Tuhan, hidup dengan Tuhan itu adalah tujuh hari. Ada presepsi yang salah bersama Tuhan itu hanya hari minggu. Sedangkan hari yang lainnya tidak hidup bersama Tuhan. “Yang paling berbahaya sekarang adalah bergereja tidak memberikan dampak apa-apa pada kehidupan itu sendiri. Harus dipikirkan berdampak kedepannya, karena yang paling berbahaya lagi orang hanya mencari kenyamanan di gereja. Bagi saya gereja harus mengambil peran untuk memberi ruang bagi pemuda berkembang.”

Dia memilih hidup menjadi notaris, tetapi kepeduliannya pada pemuda gereja membawanya menjadi aktivis pemuda. Rencana Tuhan lebih indah; walau lahir dan besar di Bandung tetapi kecintaanya pada orang Batak dan itu juga yang membawanya menjadi Ketua Pemuda Sinaga Se Bandung, Jawa Barat. Dan berbagai jabatan pemuda dia sandang. Tentu kemampuan ornisasinya dimulai sejak muda, sejak menjadi pengurus OSIS di SMA 64 Bandung.

“Bagi saya pemuda itu harus berjiwa nasional, dan inilah yang harus ditularkan pada pemuda. Karena saat ini banyak orang berambisi, mencari nama dengan memamfaatkan pemuda,” ujarnya.

Di tengah-tengah kesibukkannya sebagai aktivis pemuda Sahat juga menjalankan usaha notaris & PPAT di Kota Bekasi dan Ketua Kompartemen Organisasi Dewan Pengurus Pusat Real Estat Indonesia, dan juga pengurus Ikatan Notaris Indonesia (INI) Kota Bekasi.

Biodata

Nama : Sahat Sinaga, SH., MKn.
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 2 Oktober 1965
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Notaris & PPAT
Alamat Kantor : Jalan Raya Pekayon Jaya No. 51 Bekasi
E-mail : sahat-sinaga@centrin.net.id

Data Keluarga:

Nama Istri : Dra. Rita Sitorus
Pekerjaan Istri : Pegawai Negeri Sipil
Nama Anak : 1. Anastasia MRH Sinaga
2. Anugerah Joshua Sinaga
3. Anandersah Jeremia O Sinaga
Saudara Kandung : DR. Budiman Sinaga, SH, MH.
Orang Tua Kandung : Ayah : Penatua S A Sinaga (Alm)
Ibu : B boru Sirait
Mertua : Ayah : St. Th. Sitorus (Alm)
Ibu : S boru Siahaan

Riwayat Pendidikan Formal:

* Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sosial1 Cimahi
* Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Cimahi
* Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Bandung
* Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) Bandung
* Program Spesialis Notariat dan Pertanahan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) Jakarta
* Program Magister Kenotariatan FH-UI, Jakarta (Lulus 2007)

Riwayat Pendidikan Nonformal:

1. Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda Tingkat Propinsi Jawa Barat.
2. Penataran P4 120 jam di Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR), Bandung
3. Lokakarya Kepemimpinan UNPAR, Bandung.
4. Karya Latihan Bantuan Hukum, LBH Bandung
5. Latihan Kepemimpinan Yayasan Binadarma-Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga.
6. Program Pendidikan Terapan Hukum dan Administrasi Perpajakan, oleh Universitas Pancasila dan Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan RI, Jakarta
7. Lokarya Perpajakan Bangun Cipta Group, Jakarta
8. Pendidikan Hukum Bisnis, STIH IBLAM, Jakarta
9. Seminar Undang-undang Dokumen, Hotman Paris law Education Center, Jakarta
10. Seminar Undang-undang Kepailitan, Hotman Paris Law Education Center, Jakarta
11. Pendidikan Pimpinan (inhouse training) PT. Bangun Tjipta Pratama, Jakarta
12. Seminar Undang-undang Pokok Agraria Universitas Trisakti, Jakarta
13. Seminar Undang-undang Fiducia, ILUNI FH UNPAR Se-Jabotabek, Jakarta
14. Seminar Undang-undang Perlindungan Konsumen, ILUNI FH Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) Se-Jabotabek.
15. Program Pengembangan Eksekutif “Managing People” Lembaga Manajemen PPM, Jakarta
16. Lokakarya “Optimalisasi Peranan Hukum Dalam Restrukturisasi Penyelesaian Hutang Perusahaan “, Komisi Hukum Nasional RI.
17. Up Grading – Refreshing Course, Ikatan Notaris Indonesia (INI), Januari ‘2005
18. Pendidikan Koperasi bagi Notaris – Bandung
19. Pendidikan Notaris Pasar Modal – Jakarta
20. Rapat Kerja Terbatas Dewan Ketahanan Nasional – Bali 2006 dan Batam Juni 2007

Riwayat Pekerjaan:

* Asisten Pengacara pada Kantor Hukum Bob M. Neels & Rekan di Cimahi, Jawa Barat.
* Pengacara pada Kantor Hukum Ronggur Hutagalung, SH & Ass di Bandung, Jawa Barat
* Manajer Perijinan, Hukum & Personalia di PT Bangun Tjipta Pratama, Jakarta
* Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) di Kota Bekasi

Riwayat Organisasi:

1. Wakil Koordinator Departemen Penerangan OSIS SMAN 4 Bandung
2. Koordinator Departemen Penerangan OSIS SMAN 4 Bandung
3. Sekretaris Badan Pertimbangan Mahasiswa (BPM) Fakultas Hukum UNPAR Bandung.
4. Sekretaris Badan Pengurus Cabang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (BPC-GMKI) Cabang Bandung.
5. Ketua Umum Naposo Bulung “Sinaga“ Bandung Raya
6. Ketua Bidang Pertanahan Dewan Pengurus Daerah Real Estat Indonesia (DPP-REI) DKI Jakarta.
7. Sekretaris Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPP-GAMKI).
8. Pengurus Dewan Pimpinan Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPP-KNPI).
9. Departemen Pertanahan Dewan Pengurus Pusat Real Estat Indonesia (DPP-REI).
10. Anggota Tim Forum Komunikasi Perencanaan Legislasi Nasional BPHN, Departemen Kehakiman.
11. Ketua Rukun Tetangga (RT) 06/35 Kelurahan Bojong Rawalumbu, Bekasi
12. Pengurus Ikatan Alumni Fakultas Hukum UNPAR Se-Jabotabek
13. Kompartemen Hukum, Perundangan-undangan dan Perijinan Dewan Pengurus Pusat Real Estat Indonesia (DPP-REI).
14. Sekretaris Resort Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) Resort Bekasi dan Penatua di GKPI Jemaat Bekasi.
15. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPP-GAMKI)
16. Sekretaris Lembaga Bantuan Hukum (LAKUM) Dewan Pengurus Pusat Real Estat Indonesia (DPP-REI).
17. Anggota Majelis Pemuda Indonesia.
18. Pengurus Ikatan Notaris Indonesia (INI) Cabang Kota Bekasi.
19. Pengurus Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT) Cabang kota Bekasi.
20. Kompartemen Pertanahan Dewan Pengurus Pusat Real Estat Indonesia (DPP-REI).
21. Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Damai Sejahtera ( DPP – PDS)
22. Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga Dewan Pimpinan Pusat Partai Damai Sejahtera (DPP – PDS)
23. Ketua Bidang Hubungan Antar Daerah Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR – Bandung)
24. Ketua Bidang Organisi, Keanggotaan dan Kaderisasi (OKK) Dewan Pimpinan Pusat Partai Damai Sejahtera (DPP-PDS)
25. Ketua Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPP-GAMKI) 2007-2010
26. Ketua I Dewan Pengurus Nasional (DPN) Asosiasi Olahraga TASPONY INDONESIA ( ASTASI).
27. Ketua Kompartemen Organisasi Dewan Pengurus Pusat Real Estat Indonesia (DPP-REI) 2007 – 2010
28. Ketua Yayasan OASI
29. Pengurus Punguan Pomparan Toga Sinaga & Borunan (PPTSB) Se-Jakarta Raya
30. Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Parahyangan (UNPAR) Bandung periode 2010-2013
31. Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Damai Sejahtera (PDS) periode 2010-2015

Publikasi

1. Majalah Mahasiswa Fakultas Hukum UNPAR, Bandung
2. Harian ‘ GALA ’, Bandung
3. Harian ‘ Media Indonesia’ , Jakarta
4. Majalah ‘ Info Real Estat DPD REI DKI’ , Jakarta
5. Majalah ‘Suara GKPI’, dalam beberapa edisi
6. Jurnal REI (Wawancara)
7. Kantor berita Antara (Wawancara)
8. RRI Pro 3 FM (Talk Show)
9. Hartline FM Talk Show Jelang Pemilu 2004 – 2 episode
10. Radio Pelita Kasih
11. Harian Sinar Indonesia Baru (SIB) (Wawancara)
12. Radio Pelita Kasih (Talk Show)
13. Majalah “Oikumene” PGI
14. Majalah “Peace”
15. Majalah “Bahana”
16. Majalah “Reformata”
17. Majalah “Narwastu”
18. Tabloid “Victorius”
19. Majalah “Explo”
20. Majalah “Horas”
21. Koran BATAKPOS
21. Buku “Jual Beli Tanah dan Pencatatan Peralihan Hak” , Pustaka Sutra Sept’ 2007

Aktivitas Lain-Lain
1. Ketua Panitia Study Tour SMP Negeri 1, Cimahi
2. Koordinator Diskusi Ilmiah Pekan Keluarga FH-UNPAR, Bandung.
3. Ketua Panitia HUT Ke 15 PT. Bangun Tjipta Pratama,1996.
4. Ketua Panitia HUT ke 15 GKPI Jemaat Bekasi, 1999.
5. Ketua Panitia Seminar UU Fiducia ILUNI FH-UNPAR Se-Jabotabek

 

BERITA:

MedanBisnis – Tarutung. Hingga hari terakhir, Sabtu (6/7), sembilan pasangan bakal calon bupati (Bacabup) dan bakal calon wakil bupati (bacawabup) mendaftar ke KPU Tapanuli Utara (Taput), di Tarutung. Dari pasangan itu, satu pasangan dari jalur independen dan delapan dari partai politik.
Pada, Sabtu (6/7), ada lima pasangan usungan Parpol mendaftar yakni Drs Sanggam Hutagalung MM–Sahat Sinaga “SAHATA” yang diusung PKB, PDS dan PPRN. Lalu, Nikson Nababan–Mauliate Simorangir.

Kemudian pasangan Sanggam Hutapea–Martinus Hutasoit, disusul pasangan Pinondang Simanjuntak–Ampuan Situmeang. Terakhir Bangkit P Silaban–Davit Hutabarat.

Sebelumnya, Senin (1/7), mendaftar pasangan Saur Lumbantobing SE – Manerep Manalu SH “SAURMA” didukung Demokrat, Golkar, PKPB, Barnas dan PAN. Lalu, Ratna E Lumbantobing–Rever Harianja didukung 14 parpol. 

Jumat (5/7), pasangan Banjir Simanjuntak – Maruhum Situmeang. Serta Rabu (3/7), pasangan perseorangan/independen Margan Sibarani – Sutan Nababan.

“Setelah pendaftaran berakhir, ada tenggang waktu/tahapan Pilkada bagi pihak KPUD untuk melakukan verifikasi keabsahan dukungan Parpol. Tentunya, berdasarkan ketentuan dari peraturan pemerintah serta berkas kelengkapan persyaratan dari masing-masing kandidat,” jelas Ketua KPUD Taput Lamtangon Manalu SSi MSP menjelaskan, pasangan calon Bacabup/Bacawabup, bahwasanya.(ck – 07)

Sumber: http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/07/08/39094/sembilan_pasangan_cabub_taput_daftar_ke_kpud/#.UlZV7VBpmP4

Todung Sutan Gunung Mulia, Dr.


Tokoh pergerakan nasional, terutama dibidang pendidikan dan gerejani. Kelahiran Padang Sidempuan, Sumatera tahun 1896 dan meninggal tahun 1969. Ia merupakan wakil sekaligus Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan tahun

Todung SutanGunung Mulia Harahap
1945-1946. Sebagai pendiri Dewan Gereja-gereja di Indonesia ia menjadi ketuanya yang pertama (1950-1960). Bersama Prof. Dr. KAH. Hidding dari Leiden (Belanda), ia memimpin redaksi penyusunan Ensiklopedia Indonesia (tiga jilid).

Pada masa penjajahan ia bekerja sebagai guru sekolah rendah di Kotanopan (Sumatera), juga guru Kursus Hoofdacte di Bandung, kemudian menjadi pegawai Departemen Pengajaran dan Departemen Perekonomian. Ia memperoleh gelar sarjana hukum dari Universitas Leiden, Belanda sedangkan gelar doctor bidang sastra dan filsafat ia peroleh dari Universitas Amsterdam.

Selepas dari jabatan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan, Mulia bertugas sebagai guru besar pada Universitas Darurat RI dan Universitas Indonesia di Jakarta hingga tahun 1951. Ia juga sebagai pendiri dan ketua Universitas Kristen di Jakarta; ketua Lembaga Alkitab Indonesia yang bertugas memperhatikan terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Indonesia.

Pada tahun 1966 ia memperoleh gelar kehormatan dalam ilmu Teologia dari Universitas Vrije di Amsterdam. Meninggal tahun 1966, hingga akhir hayatnya ia merupakan ketua Badan Pengurus Sekolah Tinggi Theologia di Jakarta. Beberapa buku hasil karangannya antara lain India (1949), berisi tentang sejarah politik dan pergerakan kebangsaan India.***

KH. Zainul Arifin Pohan


Pahlawan Kemerdekaan Nasional lahir di Barus Tapanuli, pada tahun 1909. Pendidikan umum yang ditempuhnya hanya

KH ZAINUL ARIFIN POHAN
sampai SD. Sesudah itu, ia mengikuti pendidikan agama di pesantren. Pada zaman Belanda ia bekerja sebagai pegawai negri pada Gemeente Batavia (Kotapraja Jakarta). Di samping itu, ia giat pula dalam pergerakan nasional. Organisasi yang dimasukinya ialah NU (Nahdatul Ulama).

Pemerintah Pendudukan Jepang melarang partai-partai politik berdiri. NU pun tak luput dari larangan tersebut. Kemudian Jepang mengizinkan berdirinya Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) sebagai satu-satunya wadah bagi umat Islam. Ia memasuki organisasi tersebut dan diangkat sebagai Kepala Bagian Umum. Dalam pada itu, ia mengikuti latihan militer selama dua bulan, kemudian diangkat menjadi Panglima Hizbullah seluruh Indonesia. Hizbullah adalah organisasi semi militer yang anggota-anggotanya terdiri atas pemuda-pemuda Islam.

Sesudah Proklamasi Kemerdekaan, ia tetap duduk dalam Pucuk Pimpinan Hizbullah. Hizbullah merupakan salah satu laskar bersenjata di samping tentara resmi. Mereka berjuang bersama dengan tentara resmi untuk mempertahankan kemerdekaan. Laskar-laskar itu kemudian digabungkan ke dalam Tentara Nasional Indonesia (TNI). Begitu pula halnya dengan Hizbullah. Setelah penggabungan, ia diangkat sebagai sekretaris Pucuk Pimpinan TNI. Selain itu, ia duduk pula sebagai anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BK KNIP).

Sesudah Pengakuan Kedaulatan, ia diangkat menjadi anggota DPRS (Dewan Perwakilan Rakyat Sementara), dari tahun 1950-1953. Dalam Kabinet Ali Sastroarnijoyo, ia diangkat menjadi Wakil II Perdana Menteri. Dalam DPR hasil PEMILU diangkat sebagai Wakil Ketua (1959). Waktu itu, pertentangan politik di tanah air sangat tajam. Konstituante tidak berhasil membuat undang-undang dasar baru untuk menggantu UUDS. Karena itu, Presiden Sukamo mengeluarkan dekrit yang menyatakan berlakunya kembali UUD 1945. Sesudah itu, dibentuk DPRGR (DPR Gotong Royong). Ia diangkat menjadi Pejabat Ketua, kemudian dikukuhkan sebagai Ketua DPRGR. Meninggal dunia pada 2 Maret 1965 dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

Cosmas Batubara


Cosmas Batubara (lahir di Purbasaribu, Simalungun, Sumatera Utara, 19 September 1938; umur 71 tahun) adalah seorang politikus Indonesia. Di masa Mahasiswanya dia adalah Ketua Presidium Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia (PMKRI) dan Ketua Presidium KAMI Pusat. Dia adalah Pelopor Gerakan Mahasiswa Angkatan 66 yang disegani. Ia pernah menjabat Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat, Menteri Negara Perumahan Rakyat dan Menteri Tenaga Kerja, ketiganya dalam masa pemerintahan presiden Soeharto. Ia menikah dengan R.A. Cypriana Hadiwijono dan dikaruniai 2 putra dan 2 putri. Ia telah memiliki sebuah otobiografi politik yang berjudul Cosmas Batubara: Sebuah Otobiografi Politik yang diterbitkan dibawah Penerbit Buku Kompas di Jakarta, Maret 2007.

Anggota Dewan Penasihat SOKSI. 2005 – sekarang. Menteri Tenaga Kerja 1988 – 1993. Menteri Negara Perumahan Rakyat 19 Maret 1983 – 22 Maret 1988.

Mantan aktivis mahasiswa (Ketua Umum Presidium KAMI 1966) yang kemudian selama 15 tahun menjabat menteri. Pria yang selalu tampak tenang namun pemberani itu setelah tidak lagi menjabat menteri, dia mengikuti Program Pasca Sarjana FISIP UI dan meraih gelar doktor pada usia 74 tahun, Kamis (22/8/2002).

Mantan Menteri Tenaga Kerja Cosmas Batubara, kelahiran Purbasaribu, Simalungun, Sumatera Utara, 19 September 1938, itu berhasil mempertahankan disertasinya dengan dengan predikat cum laude (lulus dengan pujian).

Dia mengikuti Program Pasca Sarjana FISIP UI sejak 1994. Suami dari RA Cypriana Hadiwijono Saragih itu terlebih dahulu mengikuti program matrikulasi S2 (Pra Program Doktor), dan lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,6.

Mantan Ketua Presidium KAMI Pusat (1966) itu sempat menjadi anggota DPR (1967-1978), sebelum menjabat menteri selama 15 tahun. Mulai dari Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat (1978-1983), kemudian Menteri Negara Perumahan Rakyat (1983-1988) dan terakhir Menteri Tenaga Kerja (1988-1993). Saat menjabat Menteri Tenaga Kerja dia juga menjabat Presiden International Labor Organization (ILO).

Setelah tidak lagi menjabat di pemerintahan, Cosmas aktif dsebagai konsultan sumber daya manusia dan komisaris di beberapa perusahaan realestat, perusahaan otomotif, minuman dan bubur kertas. Mantan guru itu juga aktif di beberapa perguruan tinggi sebagai pengurus yayasan dan sebagai ketua dewan penyantun.

Yatim Usia 8 Tahun
Cosmas telah yatim pada usia delapan tahun. Ayahnya seorang mandor pembuat jalan. Anak ketujuh ini merantau ke Jakarta dalam usia 16 tahun. Dalam usia belia itu, Cosmas sudah berkeinginan mandiri. Dia meninggalkan Purbasaribu, desa kelahirannya di Simalungun, Sumatera Utara, hanya berbekal ijazah sekolah guru (SGB). Di Jakarta, dengan mandiri dia ingin menambah ilmu dan mencari pengalaman.

Beruntung, beberapa saat setelah tiba di Jakarta, ia bisa diterima mengajar di SD Strada, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Sambil mengajar dia pun melanjutkan studi di SGA. Kemudian melanjut ke Sekolah Tinggi Publisistik.

Semasa kuliah dia aktif di PMKRI, bahkan sampai menjadi ketua umum pengurus pusat di organisasi mahasiswa Katolik tersebut. Setelah lulus sarjana muda di Sekolah Tinggi Publisistik, itu kemudian Cosmas melanjutkan studinya di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI.

Saat itu terjadi G-30- S/PKI, 1965. Namanya pun mencuat sebagai aktivis mahasiswa melalui organisasi KAMI, yang mereka dirikan. Cosmas menjabat Ketua Presidium KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) Pusat (1966), organisasi mahasiswa yang sangat aktif menumbangkan Orde Lama.

Setelah Orde Lama ditumbangkan, sejak 1966 Cosmas diangkat menjadi anggota DPR-GR sebagai wakil mahasiswa. Kemudian sejak Pemilu 1971, dia pun aktif berkampanye untuk Golkar.

Setelah menjabat anggota DPR-GR dia menikah dengan RA Cypriana Hadiwijono yang telah dikenalnya sejak 1964, ketika keduanya sama aktif di PMKRI. Mereka menikah tahun 1967 dan dikaruniai emapat anak. Isterinya, wanita asal Yogyakarta itu kemudian diberi marga Saragih, setelah diajak pulang kampung.

Setelah duduk selama tujuh tahun sebagai anggota DPR, dia kemudian diangkat menjadi Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat dalam Kabinet Pembangunan III. Kemudian kembali dipercaya sebagai Menteri Negara Perumahan Rakyat Kabinet Pembangunan IV. Setelah itu, Cosmas memimpin Departemen Tenaga Kerja sebagai menteri pada Kabinet Pembangunan V

Nurmala Kartini Panjaitan


Kartini Sjahrir: Bangga Terlahir Sebagai Boru Batak…

Kartini Sjarier Panjaitan

Nurmala Kartini Panjaitan atau yang sering dikenal dengan nama Kartini Sjahrir, dengan jelas menyatakan bahwa salah satu harapannya dengan menjadi seorang Ketua Umum Partai adalah untuk dapat lebih memberdayakan kaum perempuan di Indonesia. Menjadi seorang presiden tidak kerap diucapkannya sebagai salah satu impiannya. Ketika ditanyakan secara langsung, Kartini berkata ia tidak punya ambisi untuk menjadi Presiden.
Secara tegas, ia berkata pula bahwa ia kerap berusaha agar anggota legislatifnya dan para anggota Partai Indonesia Baru (PIB) selalu menggunakan akal sehat dalam menjalankan kegiatan mereka masing-masing. “Melalui PIB, saya juga ingin bisa menyuarakan soal-soal keadilan, pluralisme, pemberantasan korupsi secara lebih efektif,” ungkapnya. “Harapan saya ketika menerima jabatan Ketua Umum PIB adalah agar lebih banyak perempuan berkiprah di politik, yang selama ini dianggap teritori kaum laki-laki,” kata tokoh yang kerap dipanggil Ker oleh para sahabat dan kerabatnya.
Partai Indonesia Baru sendiri awalnya dipimpin oleh suaminya Dr. Sjahrir, almarhum. Kartini kemudian dipilih sebagai Ketua Umum yang dipercaya dapat memimpin dan mengarahkan PIB kembali sepeninggal Sjahrir.
“Pak Sjahrir adalah orang yang amat moderat dan pluralis,” kenangnya. “Beliau itu mentor saya, sambungnya lagi. Menurut kisahnya, sejak bertemu semasa menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia, Sjahrir dan dirinya langsung saling menemukan kecocokan, dan dalam berbagai hal selalu saling melengkapi. “Saya ini banyak belajar dari Pak Sjahrir soal-soal ekonomi, juga politik, dan sebaliknya beliau juga banyak belajar dari saya mengenai budaya.”
Menikah dengan Sjahrir selama kurang lebih 31 tahun, baginya juga menjadi proses perjalanan panjang untuk kemudian memutuskan berkiprah di dunia politik.
Sehari-harinya Kartini sekarang ini tinggal sendirian di rumahnya, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Tetapi, menurut pengakuannya ia jauh dari rasa kesepian, karena banyaknya kesibukan sebagai Ketua Umum. Belum lagi banyaknya kerabat yang mengunjunginya meski sudah ditinggal suaminya, Dr. Sjahrir.
Ketika ditemuai, suasana kediamannya terasa ramai. “Ini salah satu warisan beliau. Dia paling senang dengan suasana rumah yang ramai,” ucapnya ramah. Secara berseloroh, Kartini menyatakan bahwa dalam beberapa hal Sjahrir sering dikatakan lebih Batak daripada dirinya sendiri. Sifatnya yang terbuka, senang mengobrol, bicara meledak-ledak, musikal, senang manortor, dan suka keramaian, yang cenderung mencirikan orang Batak. Ungkap Kartini: “Beliau sempat diadatin pula, marganya dalam Batak adalah Marpaung,” kata Kartini mengenang.
“Kami menikah selama 31 tahun, and it was a very happy marriage…” Kartini mengatakan dia memang ingin dikenal sebagai Kartini Sjahrir, sebagai bentuk hormat dan bakti pada almarhum suaminya.
Meski Pandu dan Gita, kedua putra dan putri pasangan Kartini-Sjahrir, kini tinggal dan hidup di Amerika Serikat, Kartini kerap menyatakan bahwa ia dan Sjahrir tidak pernah lupa mengingatkan soal budaya dan asal-usul mereka sebagai anak-anak bangsa Indonesia.

Anak-anak global
Kartini mengatakan, meski almarhum suaminya berasal dari suku bangsa Minang dan dirinya Batak, di antara keduanya tidak pernah ada bentrokan khusus dalam hal budaya. Tak ada pertentangan dalam masalah garis keturunan. Maklum, kita semua tahu, katanya, suku Minang memiliki sistem kekerabatan matrilineal, dan sebaliknya Batak dengan sistem patrilineal.
Tidak penting buat Kartini dan Sjahir bahwa anak-anak akan punya garis keturunan dari mana. Keduanya menyebut anak-anak tersebut sebagai anak-anak global, yang tetap tidak boleh lupa akan budaya asal mereka. “Yang penting, budaya itu harus diambil baranya bukan debunya,” katanya.
Di dalam kehidupan sehari-hari, Kartini pula menyatakan ia biasanya berbahasa Inggris dengan kedua putra-putrinya yang kini tinggal di New York, Amerika Serikat. “Bukan untuk bergaya, hanya saja kebiasaan yang sulit ditinggalkan,” katanya renyah. Sejak menuntut ilmu untuk meraih S2 dan S3, Kartini dan Sjahrir lama bermukim di Amerika Serikat, sampai kedua anak mereka lahir dan kembali menimba ilmu di tempat yang sama. Namun uniknya, menurut Kartini ia lebih fasih menggunakan bahasa Batak ketika sedang berada dalam puncak kemarahan. “Rasanya keluar saja dari mulut saya, dan biasanya anak-anak saya sudah mengerti saya marah kalo saya sudah pakai bahasa Batak” jelasnya sambil tersenyum.
Kartini berkali-kali mengatakan ia bangga terlahir sebagai seorang Batak. Pembawaan orang Batak yang merdeka, straight forward, haus ilmu dan senang tantangan, dan ini semua mendorong ke arah kemajuan. Tapi, menurut dia, ada satu hal yang menjadi kelemahan orang Batak yang membuatnya sering kalah. “Orang Batak itu kurang suka melayani, karena pride-nya yang cenderung tinggi,” keluhnya. Ini berpengaruh pada Batak dan wilayahnya yang kemudian kurang dikenal luas sebagai daerah yang ramah apalagi menjadi tujuan wisata. “Antara lain karena prinsip kau yang datang kau yang menyesuaikan tersebut,” ungkap Kartini, yang membuat Tanah Batak kurang pesona keramahan. Kartini sangat menyayangkan hal ini dan menurutnya sikap semacam ini seharusnya dikikis, sebab, orang Batak sesungguhnya sudah cukup punya potensi tinggi untuk selalu maju dalam hidup mereka.
Sebagai Ketua Umum PIB, Kartini juga berkegiatan mengawasi anggota legislatifnya hingga ke daerah-daerah, terutama menjaga agar tidak terjadi penyelewengan di kalangan wakil daerah tersebut, khususnya dalam hal korupsi.
Korupsi, baginya, adalah hal dasar yang sudah harus diberantas dari dalam tubuh bangsa ini. “Pak Sjahrir banyak menulis tentang korupsi, yang katanya sudah menjadi kanker taraf terminal.” Kartini lalu mengenang yang juga pernah sekali mengutip Bung Hatta yang menyatakan bahwa korupsi sudah menjadi ”budaya” bangsa kita ini. Maka jelas, korupsi adalah masalah yang harus mendapat perhatian khusus, agar kemudian ia tak berkembang menjadi keyakinan bangsa yang mengakar. Kartini juga memberlakukan hal yang cukup keras, yaitu langsung memberhentikan anggotanya dari tugas sebagai wakil rakyat, jika ada anggota legislatif dari PIB yang tercium melakukan korupsi. “Segamblang itu, dan saya sudah sosialisasikan ini sejak awal,” kata tokoh yang bangga disebut sebagai Boru Batak ini.
Hal kedua yang juga penting adalah perhatian terhadap lingkungan hidup. Orang Indonesia, terutama yang di daerah, seringkali lupa peduli pada lingkungan. Ini sesungguhnya bisa dimulai dari rumah, dan itu bersumber dari ajaran sang Ibu juga.

Posisi yang sejajar
Merespon masalah perempuan dan budaya yang berkaitan dengan mitos bahwa perempuan harus berada ”di belakang,” Kartini terang-terangan menampiknya. Sesungguhnya, semua budaya, khususnya di Indonesia, tidak ada yang menuliskan bahwa perempuan itu tak boleh melakukan ini dan itu. Menurutnya, apa yang diatur dalam adat istiadat serta tradisi budaya di Indonesia, semuanya menempatkan perempuan dalam posisi yang sejajar dengan lelaki. Lelaki punya tugas tersendiri, perempuan pun sama, tidak lebih dan tidak kurang.
Banyak orang sering berlindung di balik sistem semacam patriarki dan matriarki untuk mendefinisikan porsi dan posisi perempuan dalam adat. Namun, menurut Kartini ada kesalahan ketika membaca soal ini. “Patriarkat atau matriarkat semata-mata hanya masalah garis keturunan,” tegasnya. Dan seharusnya ada pemahaman bahwa seorang ibu, seorang wanita, punya peran kuat dalam mengarahkan keluarga serta anaknya, karena ia yang sehari-harinya mengatur kehidupan di dalam rumah. Ini berlaku di mana pun, bahkan di Budaya Batak, yang lagi-lagi sering ditafsirkan sebagai budaya yang lebih mementingkan laki-laki dalam berbagai tradisi adat istiadatnya. Menurutnya, justru seorang perempuan Batak, terutama yang telah menjadi seorang ibu, amat memahami perannya yang tersendiri sebagai si pengarah hidup.
Kartini amat peduli pada masalah ini, sampai-sampai ia menuangkannya dalam tesis S1-nya di Fakultas Antropologi Universitas Indonesia, sebelum kemudian melanjutkan pendidikan ke Boston University, Amerika Serikat, untuk menggapai gelar S2 dan S3.
Di dalam tesisnya, Kartini menelaah bagaimana pola pengasuhan wanita Batak berdampak pada pendidikan anak. Di dalam tesis tersebut, Kartini mengungkapkan bagaimana seorang wanita Batak mengusahakan pendidikan demi anaknya, dan rela melakukan apa pun, termasuk berdagang di pelabuhan atau pun persinggahan-singgahan tertentu. Suatu kehidupan yang terlihat sebagai kehiduapn yang amat keras kalau dilihat dari kebiasaan suku bangsa yang lain. Mereka dikenal luas sebagai Inang parengge-rengge. Inang parengge-rengge sendiri, sudah tak ayal, sering dipandang sebelah mata, serta sering terkesan sebagai ibu yang kurang baik, karena dianggap menyalahi kodrat sebagai perempuan yang notabene harus lembut, berada di rumah, dan lain sebagainya. Kartini justru memahami mereka sebagai wanita mandiri, kuat, tidak cengeng. “Karena kerasnya hidup, dia pasti akan lakukan apa pun untuk meningkatkan kualitas hidup dari anak-anaknya lewat pendidikan,” katanya mengulas. Karena hal ini pula, Kartini menyebut perempuan Batak sebenarnya sudah maju selangkah, karena rata-rata diasuh oleh seorang ibu yang demikian pedulinya pada pendidikan sang anak. “Saya pikir, perempuan Batak punya kearifan lokal tersendiri,” katanya sebagai hasil renungannya.
Sebagai salah seorang perempuan yang memiliki peran politik, Kartini berkata bahwa meski kini zaman sudah berubah, perempuan-perempuan masih sering terbatas dalam menentukan pekerjaan atau pun jalan hidupnya. Pandangan semacam ini sudah harusnya ditinggalkan oleh manusia yang mengaku sudah hidup modern.

Kejadian Mei 1998

“Perempuan itu sering dikenai standar ganda,” katanya lirih. Di satu sisi ia diagung-agungkan, di sisi lain ia sering dilemahkan. Padahal, sudah jelas sekali perempuan dan lelaki itu diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi, katanya lagi. Dalam berperan sebagai Ketum PIB, Kartini tidak segan-segan bersikap keras, bahkan mengganti anggota Partainya yang duduk di DPRD, yang diketahui memiliki dua istri. Ini, katanya adalah hak prerogatifnya sebagai sang pemimpin. “Menjadi anggota legislatif artinya menjadi milik masyarakat. Anda harus berlaku sebaik-baiknya.” Menurutnya poligami berdampak terhadap kesempatan untuk melakukan korupsi. “Punya istri satu saja cenderung korupsi, apalagi harus menghidupi dua rumah tangga,” katanya pasti.
Kartini sejak lama sudah mengkhawatirkan masalah-masalah perempuan semacam ini, dan menjadi salah seorang pendiri Suara Ibu Peduli, sebuah forum yang peduli terhadap problem hak-hak asasi perempuan yang seringkali diabaikan. Dia juga sekaligus menjadi pemerhati lingkungan hidup.
“Kejadian Mei 1998, misalnya, adalah tragedi memilukan yang bisa dialami seorang perempuan Indonesia,” katanya. Meskipun nantinya kasus tersebut akan sulit diusut atau diungkap tuntas, Kartini menyatakan bahwa peristiwa semacam itu sangat memalukan dan tak boleh terulang. Dan kita (perempuan) sendirilah yang harus ada di garis depan untuk mengingatkan hal semacam ini.
Meski demikian, Kartini yakin pula, bahwa perubahan sudah mulai terjadi. Di sana sini, perbaikan mengenai peranan perempuan sebagai manusia yang sejajar dengan lelaki, sudah semakin tumbuh. “Bukti kecilnya, saya sebagai perempuan juga bisa menjadi Ketua Umum Partai.”
Bercermin pada Kartini Sjahrir, maka sSelebihnya di tangan kaum perempuan sendiri untuk mamahami siapa dirinya dan apa yang sanggup dilakukannya. Sebab, kepercayaan diri dan gambaran tentang perempuan haruslah dibangun oleh mereka sendiri. “Kalau bukan kita (perempuan) siapa lagi?” ungkapnya sambil tersenyum lebar, seraya menunggu dunia di luar dirinya untuk membenarkan sikap yang telah dia ambil dan jalankan dengan penuh keyakinan, baik ketika Sjahrir masih mendampinginya maupun ketika dia harus tegak sendiri seperti saat ini, yang hanya dituntun oleh sebuah cita-cita untuk kemuliaan kaumnya: perempuan dan Batak pula… *** Ariani Zarah Sirait, pernah dimuat di majalah TAPIAN

Maruarar Sirait


Nama: Maruarar Sirait, S.IP.

Maruarar Sirait

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F- PDIP)
Daerah Asal Pemilihan dari Jawa Barat 8
Komisi xi

Alamat:
Jl. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Pusat
A. DATA PRIBADI
Tempat & Tanggal Lahir: Medan, 23-Desember-1969
Agama Kristen
Nama Istri Shinta Triastuti
Pekerjaan Istri: Ibu Rumah Tangga
Anak:2 (dua) Orang
Ayah: Sabam Sirait (Politikus dan Fungsionaris PDI Perjuangan)
Kakak Ipar: Putra Nababan (Wakil Pemimpin Redaksi RCTI)
Alamat Kantor: Gd. DPR/MPR RI Nusantara I Lt. 07 R. 0705 Jl. Gatot Subroto Jakarta
Telpon,Fax Kantor: 5756032, 5756035, 5756243, 5715516, Fax. 5756244
Alamat Rumah: 1 Jl. Depsos I No. 34 RT. 008/01 Bintaro Pesanggrahan Jakarta 12330
2 Komp.Taman Puspa Indah Jl.Puspita Utara No.14 Bandung
Telpon,Fax Rumah: 5756244

Riwayat Pendidikan:
1. SD PSKD VI Jakarta, 1982
2. SMPK Ora Et Labora, Jakarta
3. SMA Negeri 47
4. Fisip Unpar bandung

Riwayat Pekerjaan:
1. Manager KKBM Unpar Bandung
2. Komisaris Utama PT.Potenza Sinergi

Pengalaman Organisasi:
1. GMKI Cabang Bandung
2. Resimen Mahasiswa Unpar Bandung
3. Wk.Bendahara PDIP Jabar 1999-2000
4. Bendahara DPD PDIP Jabar 2000-2005
5. Wakil Bendahara Fraksi PDIP di DPR

Jumalah Kekayaan pada saat mencalonkan DPR RI
1. Harta Tidak Bergerak: Tanah dan Bangunan Rp. 247.515.000
2. Harta Bergerak: 1 Mobil Rp. 45.000.000
3. Batu dan Logam Mulia Rp. 49.700.000
4. Surat Berharga Rp.165.000.000
5. Giro dan Kas Setara lain Rp.831.400.000
Total Kekayaan Rp. 1.338.615.000

Tolak Dikotomi Capres Tua dan Muda

Saat ini kita mengalami krisis tokoh muda.  Hanya sedikit jumlah tokoh muda yang konsisten mengusung semangat kebangsaan dalam perjuangannya, sementara yang jumlahnya banyak justru mereka yang oportunis. Salah satu yang disebut-sebut pengusung panji kebangsaan adalah Maruarar Sirait, anggota DPR-RI dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). “Saya kira, untuk memperjuangkan kebangsaan kita harus memilih teman yang tepat,” ujarnya.

Walau seorang Kristen, Pria kelahiran Medan, 23 Desember 1969 ini tetap berani memilih daerah asal pemilihan Jawa Barat 9 yang 90% penduduknya adalah penganut agama Islam. Baginya seluruh tanah nusantara ini adalah kampung kita bersama. Ketua Laskar Merah Putih dan pengurus pusat PDIP ini ingin konsentrasi penuh mengurus partainya. Untuk itu Maruarar sudah meminta kepada sang ketua umum untuk mundur dari anggota DPR dan hanya ingin konsentrasi di partai saja, membangun konsolidasi partai. Beberapa waktu lalu, politikus muda yang disebut orang bersinar ini, berbicang-bincang dengan wartawan Hotman J Lumban Gaol. Demikian petikannya:

Sampai saat ini kelihatannya PDIP masih solid mendukung Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden. Apakah PDI Perjuangan tidak berniat mencalonkan yang muda?
Kami (PDIP) menolak dikotomi capres tua dan muda. Apa artinya muda kalau tidak berkualitas dan tidak memiliki visi. Kami mendukung Megawati maju antara lain, karena survei-survei masih menempatkan Megawati di posisi teratas. Misalnya, survei LSI dan Indobarometer, hasilnya, Ibu Mega nomor satu. Soal usia Mega yang dinilai sudah terlalu tua, saya kira beliau aktif terus. Bulan lalu Ibu Mega safari ke Jawa Tengah, Kalimantan, Jawa Barat, naik bus lima jam ke Cirebon, dan kondisi beliau tidak ada masalah. Itu artinya secara fisik beliau masih sangat sehat.

Soal Century. Di mata masyarakat kasus Century sampai saat ini belum tuntas,  tidak ada tanda-tanda pernyelesaian. Ada yang mampet?
Kita konsisten soal penanganan kasus Century. Dari DPR sudah jelas, kita sudah putuskan opsi C. Setiap pemilihan ketua KPK yang baru ini selalu kita ingatkan. Hanya saja, DPR tidak bisa mengintervensi secara hukum. Mengawasi boleh. DPR tidak boleh menangkap orang, itu otoritas bagian hukum. Tetapi sejak semula kami, DPR, saya sendiri melihat hal ini ada yang salah. Kita sudah pada posisi opsi C, sementara pemerintah pada opsi A. Maka, tentu tidak akan ada titik temu. Karena dua-duanya punya pandangan yang berbeda. Saya kira kasus ini luar biasa, tidak ada kasus seperti ini di Indonesia sampai dua kali diaudit. Yang meminta pertama kali audit itu bukan DPR, tetapi KPK. Tidak ada kasus yang punya dimensi politik sekuat kasus Century. Kita sudah jelas opsi C, bukan abu-abu. Tetapi yang jelas kita tidak boleh mengintervensi hal ini. Yang tidak jelas sekarang siapa? Saya kira DPR jelas posisinya.

Ada Partai pendukung pemerintah yang berharap kasus ini ditutup saja?
Apakah KPK ingin menutup kasus ini. Tutup saja. KPK sampai saat ini belum berani membuat keputusan. KPK tidak pernah mengatakan tidak menemukan, tetapi belum menemukan indikasi pelanggaran, itu berbeda sekali. Kasus Century ini sekarang mampet di KPK.

Sebagai partai oposisi akan terus mengawasi hal ini?
Kita mengawal penanganan kasus tersebut secara tuntas. Mengawal perjalanan rekomen-dasi paripurna sama pentingnya dengan memperjuangkan opsi C. Namun, saat ini penanganannya lebih fokus, karena sudah berada di tangan KPK, Kepolisian dan Kejaksaan. Saat terbentuknya Pansus, konsistensi DPR sempat diragukan, mengingat, 80 persen parlemen dikuasai oleh koalisi. Namun, DPR berhasil menunjukan sikap yang sesuai dengan aspirasi rakyat. Sekitar 60 persen anggota dewan memilih opsi C, yang berarti ada undang-undang yang dilanggar, khususnya terkait perbankan, tindak pidana korupsi dan pencucian uang. Pansus juga menyebutkan beberapa pihak yang terkait, di antaranya, Wakil Presiden Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Maka, upaya untuk menuntaskan kasus tersebut memiliki arti penting, yakni membuktikan bahwa proses hukum berlaku terhadap semua pihak dan tidak tebang pilih.

Arti kebangsaan untuk Anda?
Kami di partai menyebutnya perlu ada ideologi. Saya bayangkan pada 28 Oktober 1928, berbagai pemuda menyatakan komitmen bersama satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa. Pemuda dari berbagai suku, agama yang berbeda tetapi bisa berkumpul. Tekat yang sama, bukan karena agamanya yang sama, tetapi karena tujuan yang sama. Maka hal itu yang menjadi dasar yang dikerucutkan ke dalam hal-hal yang mengikat kita seperti Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dan sekarang bagaimana ini disosialisasikan pada masyara-kat, ini tergan-tung elitnya. Di sinilah akan ter-lihat pemimpinan yang nasional. Dan bagaimana dia menghadapi saat terjadi ge-sekan, apakah dia mencari aman saja, ini penting kita ketahui.

Semangat menghargai keberagaman sepertinya luntur….
Beberapa waktu lalu saya kebetulan datang ke Toba Samosir (Tobasa) untuk melantik pemuda. Pas pelatikan mendengar azan magrib, saya katakan bagi pemuda-pemuda di sana, kita harus mampu memberikan rasa aman bagi saudara-saudara kita beragama Islam, yang minoritas. Orang Kristen juga harus menjunjung tinggi pluralisme dan kebhinekaan.

Saya seorang Kristen-Batak yang segaja memilih daerah pemilihan saya di daerah Sumedang dan Majalengka. Saya sudah dua periode menjadi wakil dari daerah yang mayoritas Muslim. Saya pikir kalau seluruh orang Batak harus pulang kampung untuk mencalokan diri dari daerahnya, menurut saya bukan itu Indonesia yang kita capai. Semua dari Sabang sampai Marauke adalah kampung halaman kita. Maka, saya kira kita harus bisa menjadi pelolor-pelopor soal kebinekaan. Kita harus ciptakan kader muda yang punya wawasan nasional dalam membangun bangsa Indonesia. Sejak dulu bahwa mengusung kebhinekaan, se-mangat kebangsaan ini harus diperjuangkan. Kita harapakan adalah kelompok yang pro kebangsaan dan kebhinekaan itu harus makin kuat.

Soal kebhinekaan, polemik GKI Yasmin sampai saat ini belum menemukan solusi. Walikota yang mencabut izin GKI Yasmin adalah walikota yang diusung oleh PDIP?
Semangat Pancasila itu harus terus disosialisasikan. Pancasila harus juga disampaikan di daerah-daerah yang belum Pancasilais. Soal walikota itu, kami sudah tarik dukungan. Maka, ke depan kita akan selektif memilih pemimpin kepala daerah.

Masalah GKI Yasmin di Bogor telah menjadi perhatian kami khusus. Melalui DPC PDI Perjuangan Kota Bogor telah mencabut dukungan politik terhadap walikota Kota Bogor, Diani Budiarto, karena dianggap mengabaikan keputusan hukum. PDI Perjuangan menjadi satu-satunya partai di DPRD Kota Bogor yang mencabut dukungan politik terhadap Walikota. Rakernas juga mengamanatkan DPP PDI Perjuangan untuk memerintahkan Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia agar tetap konsisten membela dan menjaga terciptanya kerukunan umat beragama.

Lalu, soal perbaikan toilet di gedung DPR bagaimana pendapat Anda?
Saya sejak dulu menolak hal-hal seperti ini. Saya harus bertengkar dengan teman sendiri. Pembangunan gedung DPR saja saya menolak, apalagi masalah renovasi toilet yang diperkirakan menghabiskan biaya yang sedemikian banyak. Kita tolak hal itu.